Kamis, 11 Agustus 2022

 Materi Bahasa Indonesia Kelas 11 K13 Revisi

Bab I: Teks Prosedur
Bab II: Teks Eksplanasi
Bab III: Teks Ceramah
Bab IV: Teks Cerita Pendek
Bab V: Proposal
Bab VI: Karya Ilmiah
Bab VII: Resensi
Bab VIII: Drama 

Ringkasan Materi Bahasa Indonesia Kelas 11 

SEMESTER 1 

Bab 1: Menyusun Prosedur

 A. Mengonstruksi Informasi dalam Teks Prosedur

 Menunjukkan Pernyataan Umum dalam Suatu Kegiatan

Seseorang melakukan suatu kegiatan tentu saja harus memperhatikan langkah-langkah mengerjakannya. Apabila kita akan melakukan pekerjaan, maka harus memahami langkah-langkahnya agar kegiatan tersebut berhasil dengan baik.

 

Mengungkapkan Pernyataan Umum dan Tahapan-Tahapan

Apabila kamu akan bekerja, biasanya mengikuti seleksi terlebih dahulu. Kegiatan seleksi merupakan cara suatu perusahaan atau institusi dalam memilih pegawai yang terbaik sesuai dengan jenis pekerjaan.

Nah, jika kamu akan bekerja maka kamu akan mengikuti tes dan wawancara. Oleh karena itu, pahamilah kiat sukses dalam mengikuti kegiatan wawancara. Pemahaman terhadap bacaan ini akan menjadi panduan bagimu dalam mengikuti wawancara.

 B. Merancang Pernyataan Umum dan Tahapan-Tahapan

Dalam setiap kegiatan tampaknya prosedur menjadi pengingat bagi setiap orang untuk mematuhi tahapan agar kegiatan dapat dilaksanakan dengan benar. Dengan mematuhi tahapan maka kemungkinan keberhasilan kegiatan tersebut akan lebih besar.

 C. Menganalisis Struktur dan Kebahasaan Teks Prosedur

 Mengungkapkan Kembali Struktur Teks Prosedur

Pada bagian sebelumnya, kita sudah mencermati berbagai kegiatan seseorang yang memperhatikan prosedur! Nah, kamu sudah mendapat gambaran tentang suatu prosedur.

 Marilah Menggali Teks Prosedur Lebih Dalam!

1.    Bacalah sekurang-kurangnya tiga teks prosedur yang bersumber dari surat kabar, majalah, ataupun internet!

2.    Catatlah sumber teks tersebut!

3.    Kemukakanlah garis besar isi setiap teks tersebut  ! 

Teks prosedur dibentuk oleh ungkapan tentang tujuan, langkah-langkah, dan penegasan ulang.

1. Tujuan merupakan pengantar tentang topik yang akan dijelaskan dalam teks. Pada contoh teks berjudul “Kiat Berwawancara Kerja”, pendahuluan yang dimaksud berupa pengertian wawancara dan manfaat bagi suatu perusahaan.

2. Langkah-langkah berupa perincian petunjuk yang disarankan kepada pembaca terkait dengan topik yang ditentukan.

3. Penegasan ulang berupa harapan ataupun manfaat apabila petunjuk-petunjuk itu dijalankan dengan baik

 Mengungkapkan Unsur Kebahasaan Teks Prosedur

 Pada umumnya, teks prosedur memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut.

1. Banyak menggunakan kata-kata kerja perintah (imperatif). Kata kerja imperatif dibentuk oleh akhiran -kan, -i, dan partikel -lah.

Bentuk Dasar

Imbuhan/Partikel

Bentukan Kata

pasti

-kan

pastikan

tunjuk

-kan

tunjukkan

cerita

-kan

ceritakan

hindar

-i

hindari

jadi

-lah

jadilah

 

1.    Banyak menggunakan kata-kata teknis yang berkaitan dengan topik yang dibahasnya.

2.    Banyak menggunakan konjungsi dan partikel yang bermakna penambahan.

3.    Banyak menggunakan pernyataan persuasif.

4.    Apabila prosedur itu berupa resep dan petunjuk penggunaan alat, akan digunakan gambaran terperinci tentang benda dan alat yang dipakai, termasuk ukuran, jumlah, dan warna.

 

D. Mengembangkan Teks Prosedur

 Dengan mengetahui struktur dan aspek kebahasaan teks prosedur, mudah pula bagi kita untuk memahami maksud teks itu. Pemahaman tentang teks prosedur sangatlah penting jika kita tidak berharap memperoleh efek berbahaya. Paling tidak, petunjuk itu menjadi tidak efektif.

Teks prosedur yang salah dapat berisiko tinggi apabila petunjuk itu berkenaan dengan sesuatu yang membahayakan, misalnya berupa penggunaan mesin atau obat-obatan.

Ketidakjelasan prosedur dapat berakibat kerusakan pada mesin ataupun kematian bagi penggunanya. Dengan demikian, kejelasan itu merupakan hal yang utama dalam suatu teks prosedur.

 Menyusun Rancangan Garis Besar Suatu Prosedur

1. Mengartikan Kata-kata Sulit

Kata-kata yang dianggap sulit dapat kamu temukan maknanya melalui kamus. Arti kata yang berdasarkan kamus disebut dengan makna leksikal. Arti kata yang berdasarkan konteks kalimat disebut dengan makna struktural.

2. Memaknai Maksud Teks secara Keseluruhan

Hal ini dilakukan untuk mengetahui topik umum beserta langkahlangkah yang ada di dalam suatu teks prosedur. Misalnya, teks tentang teknik berwawancara yang telah kamu pelajari sebelumnya. Topik umumnya berupa cara mengikuti suatu wawancara ketika melamar kerja.

Topik tersebut meliputi beberapa langkah yang isinya mengarahkan seorang pencari kerja dalam mengikuti tes wawancara sehingga ia diterima di suatu perusahaan.

 Mengembangkan Teks Prosedur dengan Memperhatikan Struktur dan Kaidahnya

Teks prosedur sekurang-kurangnya memiliki tiga macam, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Teks bertema kebiasaan hidup, misalnya kiat hidup sehat, kiat belajar menyenangkan, dan kiat sukses bertetangga.

2. Teks bertema aktivitas tertentu, misalnya cara membuat bolu kukus, cara menanam jagung hibrida, dan cara memelihara kucing.

3. Teks bertema penggunaan alat, misalnya cara penggunaan laptop, cara menghidupkan motor bekas, dan cara menggunakan pisau cukur.

 Mengomentari Teks Prosedur Berdasarkan Struktur dan Kaidah Teks Prosedur

Struktur teks prosedur dibentuk oleh tujuan, langkah-langkah, dan penegasan kembali. Sementara itu, kaidah teks prosedur dibangun oleh kalimat-kalimat perintah (kata kerja imperatif). Terkadang pula konjungsi yang bersifat penambahan (kronologis), penggunaan kata-kata teknis, dan lainnya.

 Menyusun Teks Prosedur

Mari berlatih menyusun teks prosedur! Langkah-langkah penyusunan teks prosedur sebagai berikut.

1. Menginventarisasi macam-macam kegiatan yang pernah atau dapat dilakukan.

2. Menentukan tema kegiatan.

3. Membuat kerangka dalam bentuk topik-topik kegiatan secara garis besar.

4. Mensistematisasikan kerangka dengan benar dan mudah dipahami pembaca.

5. Mengumpulkan bahan-bahan.

6. Mengembangkan kerangka menjadi sebuah petunjuk yang jelas dan lengkap.

 Menyunting Teks Prosedur

Dalam menyunting sebuah teks prosedur, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu kebenaran isi, strukturnya, kaidah kalimat, ataupun penggunaan ejaan/tanda baca.

Ada dua jenis kesalahan dalam cuplikan tersebut, yakni dalam pembentukan kata dan pembentukan kalimat.

1. Pembentukan kata kenali dalam kalimat (1) tidak tepat, seharusnya mengenali.

2. Kalimat (2) dan (4) tidaklah efektif. Kalimat tersebut tidak jelas subjeknya.

 E. Melaporkan Kegiatan Membaca Buku

Proyek membaca ini dilaporkan secara mandiri. Oleh karena itu, langkah-langkah yang harus kamu lakukan sebagai berikut.

1. Carilah buku nonfiksi (buku pengayaan) di perpustakaan.Buku yang kamu baca bukan buku teks pelajaran. Pinjamlah buku tersebut kepada petugas untuk kamu baca selama satu minggu.

2. Jika kamu memiliki uang, pergilah ke toko buku. Carilah buku nonfiksi yang dapat kamu miliki untuk dibaca.

3. Mulailah mempersiapkan kegiatan membaca, dengan menyiapkan buku tulismu untuk melaporkan kegiatan membaca minggu ini.

4. Tuliskanlah judul buku, nama penulis, penerbit, tahun terbit, dan kota terbit.

5. Amatilah daftar isi buku tersebut. Bacalah sekilas daftar isinya, kemudian tuliskanlah, ada berapa bab isi buku tersebut.

6. Sebelum membaca, berdasarkan daftar isi buku, kamu susun pertanyaan yang mungkin akan kamu dapatkan dari isi buku. Pada buku laporan membaca, tuliskanlah pertanyaan-pertanyaan yang ingin kamu dapatkan jawabannya dari membaca isi buku.

7. Mulailah membaca. Apabila buku itu milikmu, pada saat kamu membaca tandailah butir-butir penting dari setiap subbab yang dibaca. Jika buku itu milik perpustakaan, setiap kamu membaca butir-butir penting, tuliskanlah pada buku laporan membaca.

8. Setiap kamu akan mulai membaca, tuliskan terlebih dahulu hari, tanggal, dan waktu kamu membaca agar kegiatanmu terdata.

9. Lakukanlah kegiatan membaca buku tersebut selama satu minggu.

10. Jika kamu sudah selesai membaca buku, susunlah laporan kegiatan tersebut dalam buku rekaman tertulis kegiatan membaca. Untuk membantumu melaporkan kegiatan membaca, berikut ini contoh format yang dapat kamu buat.

=============================

Bab 2 Mempelajari Teks Eksplanasi 

Pernahkah kamu mendengar istilah eksplanasi? Teks eksplanasi merupakan sebuah karangan yang berisi penjelasan-penjelasan lengkap mengenai suatu topik yang berhubungan dengan berbagai fenomena, baik fenomena alam maupun sosial.

 A. Mengidentifikasi Informasi dalam Teks Eksplanasi

 Memahami Informasi dalam Teks Eksplanasi

Teks eksplanasi dapat disamakan dengan teks yang menceritakan prosedur atau proses terjadinya fenomena. Dengan teks tersebut, pembaca dapat memperoleh pemahaman mengenai latar belakang terjadinya fenomena secara jelas dan logis.

Teks eksplanasi menggunakan banyak fakta dan pernyataan-pernyataan yang memiliki hubungan sebab akibat (kausalitas). Namun, sebab-sebab ataupun akibat-akibat itu berupa sekumpulan fakta menurut penulisnya.

 Menemukan Gagasan Umum dan Fakta Penting dalam Teks Eksplanasi

Di dalam teks tersebut juga terkandung sebuah gagasan umum (ide pokok), yakni dampaknya penyebaran virus SARS. Gagasan umum tersebut terdapat pada bagian awal paragraf. Oleh karena itu, cuplikan teks tersebut dapat pula digolongkan ke dalam jenis paragraf deduktif.

Teks di atas juga bersifat eksplanatif. Gagasan umumnya tentang beban keuangan pemerintah di tahun 1949 (yang begitu berat). Gagasan umum itu terletak pada bagian awal paragraf. Dengan demikian, cuplikan tersebut pun dapat digolongkan ke dalam paragraf deduktif.

Selain itu, mungkin pula sebuah paragraf dalam teks eksplanasi bersifat induktif ataupun campuran. Akan tetapi, yang dapat ditemukan, paragraf-paragraf di dalam teks eksplanasi pada umumnya bersifat deduktif, yakni gagasan umumnya terletak pada bagian awal paragraf.

 B. Mengonstruksi Informasi dalam Teks Eksplanasi

 Menyusun Bagian-Bagian Pokok Teks Eksplanasi

Sebenarnya tidak ada perbedaan istilah antara struktur teks eksplanasi dengan bagian-bagian pokok teks eksplanasi. Kita ingat kembali ciri-ciri teks eksplanasi.

1. Strukturnya terdiri atas pernyataan umum (gambaran awal tentang apa yang disampaikan), deretan penjelas (inti penjelasan apa yang disampaikan), dan interpretasi (pandangan atau simpulan).

2. Memuat informasi berdasarkan fakta (faktual).

3. Faktualnya memuat informasi yang bersifat keilmuan, misalnya tentang sains.

Jadi, bagian-bagian teks eksplanasi adalah pernyataan umum, deretan penjelas, dan interpretasi.

Menyajikan Hasil Teks Eksplanasi

Selain menyajikan teks eksplanasi, kamu harus mampu mengomentari pengerjaan hasil orang lain. Dalam berkomentar bisa dibagi menjadi dua, yaitu kritik atau penolakan dan dukungan atau pujian.

 C. Menganalisis Struktur dan Kebahasaan Teks Eksplanasi

 Mengidentifikasi Struktur Teks Eksplanasi

Teks eksplanasi memiliki struktur baku sebagaimana halnya jenis teks lainnya. Sesuai dengan karakteristik umum dari isinya, teks eksplanasi dibentuk oleh bagian-bagian berikut.

1. Identifikasi fenomena (phenomenon identification), mengidentifikasi sesuatu yang akan diterangkan. Hal itu bisa terkait dengan fenomena alam, sosial, budaya, dan fenomena-fenomena lainnya.

2. Penggambaran rangkaian kejadian (explanation sequence), memerinci proses kejadian yang relevan dengan fenomena yang diterangkan sebagai pertanyaan atas bagaimana atau mengapa.

a. Rincian yang berpola atas pertanyaan “bagaimana” akan melahirkan uraian yang tersusun secara kronologis ataupun gradual. Dalam hal ini fase-fase kejadiannya disusun berdasarkan urutan waktu.

b. Rincian yang berpola atas pertanyaan “mengapa” akan melahirkan uraian yang tersusun secara kausalitas. Dalam hal ini fase-fase kejadiannya disusun berdasarkan hubungan sebab akibat.

3. Ulasan (review), berupa komentar atau penilaian tentang konsekuensi atas kejadian yang dipaparkan sebelumnya.

 Menelaah Kebahasaan Teks Eksplanasi

Berdasarkan kaidah kebahasaan secara umum, teks eksplanasi sama dengan kaidah pada teks prosedur. Sebagai teks yang berkategori faktual (non-sastra), teks eksplanasi menggunakan banyak kata yang bermakna denotatif.

Sebagai teks yang berisi paparan proses, baik itu secara kausalitas maupun kronologis, teks tersebut menggunakan banyak konjungsi kausalitas ataupun kronologis.

a. Konjungsi kausalitas, antara lain, sebab, karena, oleh sebab itu, oleh karena itu, sehingga.

b. Konjungsi kronologis (hubungan waktu), seperti kemudian, lalu, setelah itu, pada akhirnya.

Teks eksplanasi yang berpola kronologis juga menggunakan banyak keterangan waktu pada kalimat-kalimatnya  

D. Memproduksi Teks Eksplanasi

 Menentukan Pola Pengembangan dalam Menulis Teks Eksplanasi

Agar tersaji secara lebih menarik, kita pun perlu mengetahui polapola pengembangannya. Secara umum, pola-pola pengembangan teks eksplanasi adalah sebagai berikut.

1. Pola Pengembangan Sebab Akibat

Pengembangan teks eksplanasi dapat menggunakan pola sebab akibat. Dalam hal ini sebab dapat bertindak sebagai gagasan umum, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Namun demikian, dapat juga terbalik.

Akibat dijadikan sebagai gagasan umum, maka perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya. Persoalan sebab akibat sebenarnya sangat dekat hubungannya dengan proses. Jika disusun untuk mencari hubungan antara bagianbagiannya, proses itu dapat disebut proses kausalitas.

2. Pola Pengembangan Proses

Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau perurutan dari suatu kejadian atau peristiwa. Untuk menyusun sebuah proses, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

a. Mengetahui perincian-perincian secara menyeluruh.

b. Membagi proses tersebut menurut tahap-tahap kejadian.

c. Menjelaskan setiap urutan itu ke dalam detail-detail yang tegas sehingga pembaca dapat melihat seluruh proses itu dengan jelas.

 

Menulis Teks Eksplanasi Berdasarkan Struktur dan Kebahasaan

1. Mendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi teks eksplanasi.

2. Menyusun kerangka teks, yakni dengan menomori topik-topik itu sesuai dengan struktur baku dari teks ekspalanasi, yang paragraf-paragrafnya dapat disusun secara kausalitas atau kronologis. Dalam tahap ini, dapat saja membuat topik yang kita anggap tidak sesuai atau menggantinya dengan topik yang lain.

3. Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi teks eksplanasi yang lengkap dan utuh, dengan memperhatikan struktur bakunya: identifikasi fenomena, proses kejadian, dan ulasan.

Dalam tahap ini kita harus menjadikan topik-topik itu menjadi kalimat yang jelas. Kita pun dapat saja membuat kalimat yang fungsinya sebagai pengikat, seperti konjungsi-konjungsi yang biasa digunakan dalam teks eksplanasi sehingga kalimat-kalimat itu terjalin secara lebih kompak dan padu.

4. Menyunting teks eksplanasi yang ditulis teman. Tujuannya untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan yang mungkin ada dalam teks itu, misalnya berkenaan dengan:

a. isi teks,
b. struktur,
c. kaidah kebahasaan, dan
d. ejaan/tanda bacanya.

==================

 Bab 3 Mengelola Informasi dalam Ceramah

Ceramah apa saja yang telah kamu dengarkan pada hari ini? Memang kehidupan kita tidak bisa lepas dari mendengarkan atau “tiada hari tanpa menyimak”. Tidak salah juga apabila setiap hari kita banyak menyimak ceramah. Dari situlah kita memperoleh banyak pengetahuan dan wawasan.

A. Mengidentifikasi Informasi Berupa Permasalahan Aktual yang Disajikan dalam Ceramah

Jika ingin tampil di depan umum, salah satu kegiatan berbicara yang bisa kamu lakukan adalah ceramah. Dengan berceramah, kita akan membagi pengetahuan dari apa yang kita kuasai. Bahkan, melalui ceramah, kita dapat berbagi ilmu yang kita miliki kepada orang lain

Selain itu, ada pula yang disebut dengan pidato dan khotbah. Untuk memahami kedua hal tersebut, cermatilah perbedaan di antara keduanya.

1. Pidato adalah pembicaraan di depan umum yang cenderung bersifat persuasif, yakni berisi ajakan ataupun dorongan pada khalayak untuk berbuat sesuatu.

2. Khotbah adalah pembicaraan di depan umum yang berisi penyampaian pengetahuan keagamaan atau praktik beribadah dan ajakan-ajakan untuk memperkuat keimanan.

Jenis-jenis informasi dapat dikategorikan sebagai berikut.

1. Informasi berdasarkan fungsi yaitu informasi yang bergantung pada materi dan juga kegunaan informasi. Yang termasuk informasi jenis ini adalah informasi yang menambah pengetahuan, informasi yang mengajari pembaca (informasi edukatif), dan informasi yang hanya menyenangkan pembaca yang bersifat fiksional (khayalan). 

Informasi yang menambah pengetahuan, misalnya, tulisan tentang pergantian kurikulum. Informasi edukatif, misalnya, tulisan tentang teknik belajar yang jitu. Selanjutnya, informasi yang menyenangkan, misalnya, cerita pendek, karikatur, dan komik.

2. Informasi berdasarkan format penyajian yaitu informasi berdasarkan bentuk penyajian informasinya. Di media massa dikenal berbagai bentuk penyajian yaitu dalam bentuk tulisan, foto, kartun, ataupun karikatur. Dalam bentuk tulisan dikenal bentuk berita, artikel, karangan khas (feature), resensi, kolom, dan karya fiksi.

3. Informasi berdasarkan lokasi peristiwa yaitu informasi berdasarkan tempat kejadian peristiwa berlangsung. Dengan demikian, informasi dibagi menjadi informasi daerah, nasional, dan mancanegara.

4. Informasi berdasarkan bidang kehidupan yaitu informasi berdasarkan bidang-bidang kehidupan yang ada. Bidang-bidang yang biasanya dibedakan itu, misalnya pendidikan, olahraga, musik, sastra, budaya, dan iptek.

 

B. Menyusun Bagian-Bagian Penting dari Permasalahan Aktual

Menelaah Bagian-Bagian Penting dalam Teks Ceramah

Penting atau tidaknya suatu uraian dapat pula berdasarkan kebermanfaatannya. Apabila bagian itu dianggap bermanfaat atau sangat perlu diketahui, maka bagian itulah yang penting. Sementara itu, pernyataan lain yang kurang bermanfaat atau sudah diketahui maksudnya, maka bagian itu bukanlah hal penting. 

Dengan demikian, penting tidaknya suatu uraian bisa berbeda antara pendengar yang satu dengan pendengar yang lainnya. Meskipun demikian, berdasarkan paparan yang tersaji dalam teks ceramah itu, suatu informasi dianggap penting apabila informasi itu bersifat umum yang merangkum atau menjadi dasar uraian-uraian lainnya.

Menemukan Kalimat Majemuk Bertingkat dalam Teks Ceramah

Yang dimaksud dengan kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang memiliki lebih dari satu klausa dan hubungan antara klausa tidak sederajat. Salah satu unsur klausa ada yang menduduki induk kalimat, sedangkan unsur yang lain sebagai anak kalimat.

Kalimat majemuk bertingkat terbagi ke dalam beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.

1. Kalimat majemuk hubungan akibat, ditandai oleh kata penghubung sehingga, sampai-sampai, maka.

Contoh: Ia terlalu bekerja keras sehingga jatuh sakit.

2. Kalimat majemuk hubungan cara, ditandai oleh kata penghubung dengan.

Contoh: Kejelasan PSMS Medan berhasil mempertahankan kemenangannya dengan memperkokoh pertahanan mereka.

3. Kalimat majemuk hubungan sangkalan, ditandai oleh konjungsi seolah-olah, seakan-akan.

Contoh: Keadaan di dalam kota kelihatan tenang, seolah-olah tidak ada suatu apa pun yang terjadi.

4. Kalimat majemuk hubungan kenyataan, ditandai oleh konjungsi padahal, sedangkan.

Contoh: Pura-pura tidak tahu padahal dia tahu banyak.

5. Kalimat majemuk hasil, ditandai oleh konjungsi makanya.

Contoh: Tempat ini licin, makanya Anda jatuh.

6. Kalimat majemuk hubungan penjelasan, ditandai oleh kata penghubung bahwa, yaitu.

Contoh: Berkas riwayat hidupnya menunjukkan bahwa dia adalah seorang

7. Kalimat majemuk hubungan atributif, ditandai oleh konjungsi yang.

Contoh: Pamannya yang tinggal di Bogor itu, sedang dirawat di rumah sakit 

 C. Menganalisis Isi, Struktur, dan Kebahasaan dalam Teks Ceramah

Menentukan Isi dan Struktur dalam Teks Ceramah

Apabila kamu perhatikan dengan cermat contoh-contoh di atas, ketahuilah bahwa teks ceramah memiliki bagian-bagian tertentu, yang meliputi bagian pembuka, isi, dan penutup.

1. Pembuka

Berupa pengenalan isu, masalah, ataupun pandangan pembicara tentang topik yang akan dibahasnya. Bagian ini sama dengan isi dalam teks eksposisi, yang disebut dengan isu.

2. Isi

Berupa rangkaian argumen pembicara berkaitan dengan pendahuluan atau tesis. Pada bagian ini dikemukakan pula sejumlah fakta yang memperkuat argumen-argumen pembicara.

3. Penutup

Berupa penegasan kembali atas pernyataan-pernyataan sebelumnya.

Mengidentifikasi Kaidah Kebahasaan dalam Teks Ceramah

Sebagaimana jenis teks lainnya, ceramah pun memiliki karakteristik tersendiri yang cenderung berbeda dengan teks-teks lainnya. Merujuk pada contoh-contoh di atas bahwa teks ceramah memiliki kaidah kebahasaan sebagai berikut.

1. Menggunakan kata ganti orang pertama (tunggal) dan kata ganti orang kedua jamak, sebagai sapaan. Kata ganti orang pertama, yakni saya, aku. Mungkin juga kata kami apabila penceramahnya mengatasnamakan kelompok. 

2. Menggunakan kata-kata teknis atau peristilahan yang berkenan dengan topik. 

3. Menggunakan kata-kata yang menunjukkan hubungan argumentasi (sebab akibat). 

4. Menggunakan kata-kata kerja mental, seperti diharapkan, memprihatinkan, memperkirakan, mengagumkan, menduga, berpendapat, berasumsi, menyimpulkan.

5. Menggunakan kata-kata persuasif, seperti hendaklah, sebaiknya, diharapkan, perlu, harus.

 D. Mengonstruksi Ceramah

Menentukan Aspek-Aspek yang Disunting dalam Teks Ceramah

Adapun langkah-langkah penyusunannya dimulai dengan menentukan topik dan tujuan, menyusun kerangka ceramah, menyusun teks ceramah berdasarkan kerangka dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami, hingga menyunting teks ceramah.

1. Menentukan Topik
2. Merumuskan Tujuan Ceramah
3. Menyusun Kerangka Ceramah
4. Menyusun Ceramah Berdasarkan Kerangka

Menyampaikan Hasil Suntingan dengan Memperhatikan Struktur dan Kebahasaan

Penyuntingan bertujuan untuk menyempurnakan atau untuk mengurangi kekeliruan-kekeliruan yang mungkin terjadi dalam suatu teks. Oleh karena itu, seorang penyunting setidaknya harus:

1. mengetahui cara penulisan karangan yang baik,

2. memahami masalah yang dibahas dalam karangan itu, serta memahami aturan-aturan kebahasaan, seperti masalah ejaan dan tanda baca.

===================================

Bab 4 Meneladani Kehidupan dari Cerita Pendek

 A. Mengidentifikasi Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita Pendek

Cerita pendek merupakan salah satu karya sastra yang memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi. Dalam cerita pendek, kita akan banyak menemukan berbagai karakter tokoh, baik protagonis maupun antagonis

Keduanya merupakan cerminan nyata dari kehidupan di dunia. Namun, dari karakter tokoh tersebut kita dapat menemukan nilai-nilai kehidupan, yaitu perbuatan baik yang harus kita tiru dan perbuatan buruk yang harus kita jauhi.

Memahami Informasi tentang Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita Pendek

Cerita yang telah kamu baca itu dinamakan cerita pendek. Sesuai dengan namanya, cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek. Ukuran panjang pendeknya suatu cerita memang relatif. 

Namun, pada umumnya cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500 – 5.000 kata. Oleh karena itu, cerita pendek sering diungkapkan dengan “cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk”.

Untuk memahami isi suatu cerpen, termasuk nilai-nilai yang ada di dalamnya, kita sebaiknya mengawalinya dengan sejumlah pertanyaan. Dengan demikian, pemahaman kita terhadap cerpen itu akan lebih terfokus dan lebih mendalam. Pertanyaan-pertanyaan itu dapat dikelompokkan yakni mulai dari pemahaman literal, interpretatif, integratif, kritis, dan kreatif.

Menemukan Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita Pendek

Adapun yang dimaksud dengan nilai dalam hal ini adalah sesuatu yang penting, berguna, atau bermanfaat bagi manusia. Pertanyaan kritis tentang kelebihan dan kelemahan cerpen, akan sampai pada jawaban tentang bermanfaat atau tidaknya tulisan tersebut bagi pembaca. 

B. Mendemonstrasikan Salah Satu Nilai Kehidupan yang Dipelajari dalam Teks Cerita Pendek

Cerita pendek akan terus-menerus dibaca dan diproduksi karena manfaatnya besar bagi kehidupan. Manfaat yang langsung dapat kita rasakan adalah bahwa cerpen memberikan hiburan atau rasa senang.

Mempresentasikan Sebuah Teks Cerita Pendek dengan Nilai Kehidupan

Setiap pengarang akan menginterpretasikan atau menafsirkan kehidupan berdasarkan sudut pandangannya sendiri. Tema tentang cinta, misalnya. Karena masing-masing pengarang memiliki interpretasi ataupun penafsiran yang berbeda-beda, ceritanya pun menjadi berbeda-beda antara pengarang yang satu dengan yang lainnya. 

Cerita itu tetap menarik sepanjang zaman karena diungkapkan dengan berbagai cara oleh para pengarangnya. Hal itu pula yang menyebabkan cerita itu menjadi bermakna bagi khalayak; mereka tidak pernah bosan untuk selalu menikmatinya. 

C. Menganalisis Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

a. Tema

Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerita menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan itu.

b. Amanat

Amanat merupakan ajaran atau pesan yang hendak disampaikan pengarang. Amanat dalam cerpen umumnya bersifat tersirat; disembunyikan pengarangnya di balik peristiwa-peristiwa yang membentuk isi cerita.

c. Penokohan

Penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Berikut cara-cara penggambaran karakteristik tokoh.

1) Teknik analitik langsung

2) Penggambaran fisik dan perilaku tokoh

3) Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh

4) Penggambaran tata kebahasaan tokoh

5) Pengungkapan jalan pikiran tokoh

6) Penggambaran oleh tokoh lain

d. Alur

Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat ataupun bersifat kronologis.

e. Latar

Latar atau setting meliputi tempat, waktu, dan budaya yang digunakan dalam suatu cerita. Latar dalam suatu cerita bisa bersifat faktual atau bisa pula yang imajinatif.

f. Gaya Bahasa

Dalam cerita, penggunaan bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh.

Menelaah Teks Cerita Pendek Berdasarkan Struktur dan Kaidah

Struktur cerpen merupakan rangkaian cerita yang membentuk cerpen itu sendiri. Dengan demikian, struktur cerpen tidak lain berupa unsur yang berupa alur, yakni berupa jalinan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat ataupun secara kronologis. Secara umum jalan cerita terbagi ke dalam bagian-bagian berikut.

1. Pengenalan situasi cerita (expositionorientation)

2. Pengungkapan peristiwa (complication)

3. Menuju pada adanya konflik (rising action)

4. Puncak konflik (turning point)

5. Penyelesaian (ending atau coda)

Cerpen juga memiliki ciri-ciri kebahasaan seperti berikut.

1. Banyak menggunakan kalimat bermakna lampau, yang ditandai oleh fungsi-fungsi keterangan yang bermakna kelampauan, seperti ketika itu, beberapa tahun yang lalu, telah terjadi.

2. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis). Contoh: sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, kemudian.

3. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti menyuruh, membersihkan, menawari, melompat, menghindar.

4. Banyak menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai cara menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang. Contoh: mengatakan bahwa, menceritakan tentang, mengungkapkan, menanyakan, menyatakan, menuturkan.

5. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh. Contoh: merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami.

6. Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda (“….”) dan kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung.

Contoh: “Tidak. Sekali saya bilang, tidak!” teriak Lani.

7. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana.  

D. Mengonstruksi Sebuah Cerita Pendek dengan Memperhatikan Unsur-Unsur Pembangun

Menentukan Topik tentang Kehidupan dalam Cerita Pendek

Topik cerpen dapat diambil dari kehidupan diri sendiri ataupun pengalaman orang lain. Tugas seorang penulis cerpen adalah memperlakukan pengalaman itu sesuai dengan emosi dan nuraninya sendiri.

Menyunting Teks Cerita Pendek dengan Memperhatikan Unsur-Unsur

Menulis karangan, baik itu berupa cerita ataupun jenis karangan yang lain jarang yang bisa sekali jadi. Akan ada saja kesalahan atau kekeliruan yang harus diperbaiki.

 E. Laporan Membaca Buku

Langkah-langkah Membuat Rangkuman

1. Harus membaca uraian asli pengarang sampai tuntas agar memperoleh gambaran atau kesan umum dan sudut pandang pengarang. Pembacaan hendaklah dilakukan secara saksama dan diulang sampai dua atau tiga kali untuk dapat memahami isi bacaan secara utuh.

2. Perangkum membaca kembali bacaan yang akan dirangkum dengan membuat catatan pikiran utama atau menandai pikiran utama setiap uraian untuk setiap bagian atau setiap paragraf.

3. Dengan berpedoman hasil catatan, perangkum mulai membuat rangkuman dan menyusun kalimat-kalimat yang bertolak dari hasil catatan dengan menggunakan bahasa perangkum sendiri. Apabila perangkum merasa ada yang kurang sesuai, perangkum dapat membuka kembali bacaan yang akan dirangkum.

4. Perangkum perlu membaca kembali hasil rangkuman dan mengadakan perbaikan apabila dirasa ada kalimat yang kurang koheren.

5. Perangkum perlu menulis kembali hasil rangkumannya berdasarkan hasil perbaikan dan memastikan bahwa rangkuman yang dihasilkan lebih pendek dibanding dengan bacaan yang dirangkum.

Daftar Pustaka :
Suherli, Maman Suryaman, Aji Septiaji, Istiqomah. 2017. Bahasa Indonesia Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud

============================= 

SEMESTER 2

 

Ringkasan Materi Bahasa Indonesia Kelas 11 K13 Revisi

 

Bab 5: Mempersiapkan Proposal

 

Pernahkah kamu melaksanakan suatu kegiatan di sekolah? Untuk melancarkan kegiatan tersebut, kamu harus terlebih dahulu membuat sebuah proposal. Proposal adalah rencana kegiatan yang dituliskan dalam bentuk rancangan kerja yang akan dilaksanakan.

A. Mengidentifikasi Informasi Penting dalam Proposal Kegiatan atau Penelitian

Mengidentifikasi Bagian-bagian Penting Proposal

Proposal adalah teks yang berupa permintaan kepada seseorang atau suatu lembaga untuk melakukan suatu kegiatan (penelitian).

Menemukan Informasi yang Dibaca untuk Dikembangkan Menjadi Proposal

Struktur penulisan proposal dapat bermacam-macam. Hal ini bergantung pada jenis kegiatan yang diusulkannya. Dalam beberapa aspek, proposal penelitian memiliki beberapa perbedaan dengan proposal kegiatan kemasyarakatan. Namun, secara umum berikut bagian-bagian yang sebaiknya ada

1. Latar Belakang

2. Masalah dan Tujuan

3. Ruang Lingkup Kegiatan

4. Kerangka Teoretis dan Hipotesis

5. Metode

6. Pelaksana Kegiatan

7. Fasilitas

8. Keuntungan dan Kerugian

9. Lama Waktu

10. Pembiayaan

Untuk lebih jelasnya, perhatikan sistematika proposal berikut!

1. Latar Belakang

2. Masalah dan Tujuan
a. Masalah
b. Tujuan

3. Ruang Lingkup Kegiatan
a. Objek
b. Jenis-Jenis kegiatan

4. Kerangka Teoretis dan Hipotesis
a. Kerangka teoretis
b. Hipotesis

5. Metode

6. Pelaksana Kegiatan
a. Penanggung jawab
b. Susunan personalia

 

7. Fasilitas yang Tersedia
a. Sarana
b. Peralatan

8. Keuntungan dan Kerugian
a. Keuntungan-Keuntungan
b. Kemungkinan kerugian

9. Lama Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Waktu
b. Tempat

10. Anggaran Biaya

11. Daftar Pustaka

12. Lampiran-Lampiran

 

Sistematika tersebut dalam beberapa hal memiliki perbedaan apabila proposal tersebut ditujukan untuk suatu penelitian. Sistematika penulisan proposal penelitian adalah sebagai berikut.

1. Latar Belakang Masalah

2. Perumusan Masalah

3. Tujuan Penelitian

4. Manfaat Penelitian

5. Landasan Teori

6. Metode Penelitian

7. Kerangka Penulisan Laporan

Sistematika proposal bersifat fleksibel, bergantung pada jenis kegiatan yang akan dilaksanakan serta lembaga yang hendak dituju. Biasanya setiap lembaga memiliki sistematika proposal yang relatif berbeda-beda. Oleh karena itu, pengusul hendaknya memperhatikan sistematika yang dikehendaki pihak penerima usul.

B. Melengkapi Informasi dalam Proposal secara Lisan

Menyajikan Proposal Hasil Diskusi

Kita sudah mengetahui bahwa struktur proposal terdiri atas bagian-bagian berikut.

1. Latar Belakang

2. Masalah dan Tujuan
a. Masalah
b. Tujuan

3. Ruang Lingkup Kegiatan
a. Objek
b. Jenis-jenis kegiatan

4. Kerangka Teoretis dan HipotesisA
a. Kerangka teoretis
b. Hipotesis

5. Metode

6. Pelaksana Kegiatan
a. Penanggung jawab
b. Susunan personalia

7. Fasilitas yang Tersedia
a. Sarana
b. Peralatan

8. Keuntungan dan Kerugian
a. Keuntungan-keuntungan
b. Kemungkinan kerugian

9. Lama Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Waktu
b. Tempat

10. Anggaran Biaya

11. Daftar Pustaka

12. Lampiran-Lampiran

Sementara itu, kebahasaan yang menandai proposal adalah banyaknya menggunakan fitur-fitur berikut.

1. Pernyataan argumentatif

2. Pernyataan persuasif

3. Kata-kata teknis

4. Kata kerja tindakan

5. Kata pendefinisian

6. Kata perincian

7. Kata keakanan

C. Menganalisis Isi, Sistematika, dan Kebahasaan Proposal

Menganalisis Isi Teks Proposal

Isi dari sebuah proposal secara umum, yakni berupa usulan kegiatan. Adapun isinya secara khusus dapat bermacam-macam bergantung pada jenis kegiatan yang diusulkannya itu.

Di samping memiliki kesamaan umum, proposal penelitian memiliki beberapa perbedaan dengan proposal kegiatan bakti sosial, perlombaan, dan kegiatan-kegiatan sejenis lainnya.

Menganalisis Kaidah Kebahasaan Teks Proposal

Fitur-fitur kebahasaan lainnya yang menjadi penanda proposal adalah sebagai berikut.

1. Menggunakan banyak istilah ilmiah, baik berkenaan dengan kegiatan itu sendiri ataupun tentang istilah-istilah berkaitan dengan bidang keilmuannya.

2. Menggunakan banyak kata kerja tindakan yang menyatakan langkah-langkah kegiatan (metode penelitian). Kata-kata yang dimaksud, misalnya, berlatih, membaca, mengisi, mencampurkan, mendokumentasikan, mengamati, melakukan.

3. Menggunakan kata-kata yang menyatakan definisi, yang ditandai oleh penggunaan kata merupakan, adalah, yaitu, yakni.

4. Menggunakan kata-kata yang bermakna perincian, seperti selain itu, petama, kedua, ketiga.

5. Menggunakan kata-kata yang bersifat “keakanan”, seperti akan, diharapkan, direncanakan. Hal itu sesuai dengan sifat proposal itu sendiri sebagai suatu usulan, rencana, atau rancangan program kegiatan.

6. Menggunakan kata-kata bermakna lugas (denotatif). Hal ini penting guna menghindari kesalahan pemahaman antara pihak pengusul dengan pihak tertuju/penerima proposal

D. Merancang Sebuah Proposal Karya Ilmiah dengan Memperhatikan Informasi, Tujuan, dan Esensi Karya Ilmiah

Menelaah Hasil Proposal

Penyusunan proposal harus diawali dengan analisis masalah ataupun kebutuhan di lapangan. Untuk itu, kita tidak bisa serta merta mengajukan sebuah kegiatan yang nantinya tidak sesuai dengan masalah ataupun kebutuhan nyatanya.

Menyusun Proposal Berdasarkan Aspek-Aspek Penting

Langkah berikutnya yang harus kamu lakukan adalah mengembangkan temuan-temuan itu ke dalam sebuah proposal yang lengkap, jelas, dan menarik.

1. Lengkap, perhatikanlah kelengkapan bagian-bagian proposal, mulai dari latar belakang sampai bagian daftar pustaka; mungkin juga lampiran-lampiran yang perlu disertakan. Untuk itu, kita harus memahami kembali struktur proposal yang telah dipelajari terdahulu.

 

2. Jelas, perhatikan pula kaidah-kaidah kebahasaan yang lazim digunakan untuk proposal sehingga proposal yang kamu buat itu mudah dipahami oleh pembacanya.

3. Menarik, perhatikan teknik penyajiannya; tata letak, ilustrasi, pemilihan jenis huruf, spasi, dan hal-hal lainnya sehingga penerima usul tertarik untuk membacanya. Dengan demikian, hal tersebut membantu pula di dalam proses pengesahan proposal tersebut.

Daftar Pustaka:
Suherli, Maman Suryaman, Aji Septiaji, Istiqomah. 2017. Bahasa Indonesia Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud

=====================

 

Bab 6 Merancang Karya Ilmiah

 

Pernahkah kalian membuat karya tulis ilmiah? Karya ilmiah atau tulisan ilmiah adalah tulisan yang berisi tentang fenomena atau peristiwa yang ditulis berdasarkan kenyataan (bukan fiksi). Misalnya, tulisan tentang ilmu pengetahuan, alam sekitar, teknologi, dan seni yang diperoleh melalui studi kepustakaan atau penelitian.

A. Mengidentifikasi Informasi, Tujuan, dan Esensi Karya Ilmiah yang Dibaca

Mengidentifikasi Struktur Karya Ilmiah yang Dibaca

Karya ilmiah dapat ditulis dalam berbagai bentuk penyajian. Setiap bentuk itu berbeda dalam hal kelengkapan strukturnya. Secara umum, bentuk penyajian karya ilmiah terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu bentuk populer, bentuk semi-formal, dan bentuk formal.

1. Bentuk Populer

Karya ilmiah bentuk ini sering disebut karya ilmiah populer. Bentuknya manasuka. Karya ilmiah bentuk ini bisa diungkapkan dalam bentuk karya ringkas. Ragam bahasanya bersifat santai (populer). Karya ilmiah populer umumnya dijumpai dalam media massa, seperti koran atau majalah. 

Istilah populer digunakan untuk menyatakan topik yang akrab, menyenangkan bagi populus (rakyat) atau disukai oleh sebagian besar orang karena gayanya yang menarik dan bahasanya mudah dipahami. Kalimat-kalimatnya sederhana, lancar, namun tidak berupa senda gurau dan tidak pula bersifat fantasi (rekaan).

2. Bentuk Semi-formal

Secara garis besar, karya ilmiah bentuk ini terdiri atas:

a. halaman judul,

b. kata pengantar,

c. daftar isi,

d. pendahuluan,

e. pembahasan,

f. simpulan, dan

g. daftar pustaka.

Bentuk karya ilmiah semacam itu, umumnya digunakan dalam berbagai jenis laporan biasa dan makalah.

3. Bentuk Formal

Karya ilmiah bentuk formal disusun dengan memenuhi unsur-unsur kelengkapan akademis secara lengkap, seperti dalam skripsi, tesis, atau disertasi. Unsur-unsur karya ilmiah bentuk formal, meliputi hal-hal sebagai berikut.

a. Judul

b. Tim Pembimbing

c. Kata Pengantar

d. Abstrak

e. Daftar Isi

f. Bab Pendahuluan

g. Bab Telaah Kepustakaan/Kerangka Teoretis

h. Bab Metode Penelitian

i. Bab Pembahasan Hasil Penelitian

j. Bab Simpulan dan Rekomendasi

k. Daftar Pustaka

l. Lampiran-lampiran

m. Riwayat Hidup

Struktur Penting Dalam Karya Ilmiah

1. Judul

Judul dalam karya ilmiah dirumuskan dalam satu frasa yang jelas dan lengkap. Judul mencerminkan hubungan antar variabel. Istilah hubungan di sini tidak selalu mempunyai makna korelasional, kausalitas, ataupun determinatif.

Judul juga mencerminkan dan konsistensi dengan ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, subjek penelitian, dan metode penelitian.

2. Pendahuluan

Pada karya ilmiah formal, bagian pendahuluan mencakup latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat atau kegunaan penelitian. Selain itu, dapat pula dilengkapi dengan definisi operasional dan sistematika penulisan.

a. Latar Belakang Masalah

Uraian pada latar belakang masalah dimaksudkan untuk menjelaskan alasan timbulnya masalah dan pentingnya untuk dibahas, baik itu dari segi pengembangan ilmu, kemasyarakatan, maupun dalam kaitan dengan kehidupan pada umumnya.

b. Perumusan Masalah

Masalah adalah segala sesuatu yang dianggap perlu pemecahan oleh penulis, yang pada umumnya ditanyakan dalam bentuk pertanyaan mengapa, bagaimana.

c. Tujuan (Penulisan Karya Ilmiah)

Tujuan merupakan pernyataan mengenai fokus pembahasan di dalam penulisan karya ilmiah tersebut; berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.

d. Manfaat

Perlu diyakinkan pula kepada pembaca tentang manfaat atau kegunaan dari penulisan karya ilmiah.

3. Kerangka Teoretis

Kerangka teoretis disebut juga kajian pustaka atau teori landasanTercakup pula di dalam bagian ini adalah kerangka pemikiran dan hipotesis.

4. Metodologi Penelitian

Dalam karya tulis yang merupakan hasil penelitian, perlu dicantumkan pula bagian yang disebut dengan metode penelitian.

Metodologi penelitian diartikan sebagai prosedur atau tahap-tahap penelitian, mulai dari persiapan, penentuan sumber data, pengolahan, sampai dengan pelaporannya. Metode-metode penelitian yang dimaksud, misalnya, sebagai berikut.

a. Metode deskriptif, yakni metode penelitian yang bertujuan hanya menggambarkan fakta-fakta secara apa adanya, tanpa adanya perlakukan apa pun. Data yang dimaksud dapat berupa fakta yang bersifat kuantitatif (statistika) ataupun fakta kualitatif.

b. Metode eksperimen, yakni metode penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran atas suatu gejala setelah mendapatkan perlakuan.

c. Metode penelitian kelas, yakni metode penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki persoalan-persoalan yang terjadi pada kelas tertentu, misalnya tentang motivasi belajar dan prestasi belajar siswa dalam kompetensi dasar tertentu.

5. Pembahasan

Bagian ini berisi paparan tentang isi pokok karya ilmiah, terkait dengan rumusan masalah/tujuan penulisan yang dikemukakan pada bab pendahuluan.

6. Simpulan dan Saran

Simpulan merupakan pemaknaan kembali atau sebagai sintesis dari keseluruhan unsur penulisan karya ilmiah.

7. Daftar Pustaka

Daftar pustaka memuat semua kepustakaan yang digunakan sebagai landasan dalam karya ilmiah yang terdapat dari sumber tertulis, baik itu yang berupa buku, artikel jurnal, dokumen resmi, maupun sumber-sumber lain dari internet.

Menemukan Informasi yang Dapat Dikembangkan Menjadi Karya Ilmiah

Karya ilmiah menyajikan masalah-masalah yang objektif dan faktual.

1. Sistematis
2. Logis
3. Objektif (impersonal)
4. Faktual

B. Merancang Informasi, Tujuan, dan Esensi dalam Karya Ilmiah

Menentukan Informasi Penting dalam Karya Ilmiah

Tujuan penulisan karya ilmiah adalah untuk memublikasikan suatu ilmu pengetahuan kepada masyarakat.

Menyajikan Hasil Karya Ilmiah dalam Diskusi

Berikut langkah-langkah menyajikan makalah dalam forum diskusi resmi.

1. Tampillah sebagai pemakalah setelah mendapat izin dari moderator.

 

2. Kalau tidak diperkenalkan oleh moderator, perkenalkan diri dengan rendah hati.

3. Sampaikan masalah umum dari isi makalah yang akan dipaparkan.

4. Jelaskan pokok-pokok isi makalah dengan bahasa yang lugas.

5. Sertakan ilustrasi dan fakta-fakta penting yang menyertai penjelasan di atas.

6. Akhiri paparan dengan menyampaikan simpulan.

C. Menganalisis Sistematika dan Kebahasaan Karya Ilmiah

Menganalisis Sistematika Karya Ilmiah

Isi karya ilmiah memang dapat berkaitan dengan banyak hal, sepanjang hal-hal tersebut bukan sesuatu yang imajinatif. Masalah-masalah dalam karya ilmiah mencakup berbagai hal yang bersifat empiris (pengalaman nyata), mulai dari masalah keagamaan, bahasa, budaya, sosial, ekonomi, politik, alam sekitar, dan sebagainya.

Pada dasarnya, makalah terdiri atas dua bagian utama, yaitu bagian tubuh dan pelengkap. Bagian tubuh terdiri atas pendahuluan, isi/pembahasan, dan penutup. Bagian pelengkap terdiri atas judul, kata pengantar, daftar isi, dan daftar pustaka.

Menganalisis Kebahasaan Karya Ilmiah yang Dibaca

Telah kita pelajari pada materi terdahulu bahwa salah satu ciri karya ilmiah adalah bersifat objektif. Objektivitas suatu karya ilmiah, antara lain, ditandai oleh pilihan kata yang bersifat impersonal.

D. Mengonstruksi Sebuah Karya Ilmiah dengan Memperhatikan Isi, Sistematika, dan Kebahasaan Karya Ilmiah

Mengungkapkan Informasi Berdasarkan Isi Karya Ilmiah

Karya ilmiah yang menjadi bahan untuk diskusi, lazim disebut dengan makalah. Makalah sering pula disebut kertas kerja, yakni suatu karya ilmiah yang membahas suatu persoalan dengan pemecahan yang didasarkan hasil kajian literatur atau kajian lapangan.

Menulis Karya Ilmiah dengan Memperhatikan Sistematika dan Kebahasaan

Untuk menulis karya ilmiah yang baik, langkah-langkah yang harus kita tempuh adalah sebagai berikut.

1. Menentukan topik
2. Membuat kerangka tulisan
3. Mengumpulkan bahan
4. Pengembangan kerangka menjadi teks yang utuh dan lengkap

=============================

 

Bab 7 Menilai Karya Melalui Resensi

Pernahkah kamu membuat resensi? Apakah resensi itu? Resensi merupakan pertimbangan baik-buruknya suatu karya. Orang yang menyusun resensi disebut peresensi. Dalam meresensi sebuah buku, haruslah objektif, sesuai dengan kualitas isi buku.

A. Membandingkan Isi Berbagai Resensi untuk Menemukan Sistematika Sebuah Resensi

Memahami Isi dan Sistematika Resensi

Hal-hal yang dapat ditanggapi dalam resensi ialah kualitas isi, penampilan, unsur-unsur, bahasa, dan manfaat bagi pembaca. Unsur-unsur atau sistematika yang terdapat dalam resensi di antaranya sebagai berikut.

1. Judul resensi

2. Identitas buku yang diresensi

3. Pendahuluan (memperkenalkan pengarang, tujuan pengarang buku, dan lain-lain)

4. Inti/isi resensi

5. Keunggulan buku

6. Kekurangan buku

7. Penutup

Membandingkan Isi Teks Resensi

Bagaimanakah penilaianmu terhadap isi sebuah buku? Dapatkah kamu mengungkapkan penilaian tentang sebuah buku ke dalam bentuk resensi? Pada pembahasan ini, kamu akan membandingkan isi dari teks resensi. Hal yang dibandingkan ialah dari penyajian isinya.

B. Menyusun Sebuah Resensi dengan Memperhatikan Hasil Perbandingan Beberapa Teks Resensi

Mengidentifikasi Identitas Buku yang Diresensi

Di dalamnya tersaji informasi tentang tanggapan atau komentar mendalam tentang kelebihan dan kelemahan suatu karya. objeknya dapat berupa buku ilmu pengetahuan, film, pementasan drama, album lagu, lukisan, teks.

 

Di dalam teks yang berupa resensi mencakup informasi identitas karya, ringkasan, serta ulasan kelebihan dan kelemahan isi karya itu. Di samping itu, dapat pula disajikan rekomendasi penulis resensi itu untuk pembacanya.

Mengungkapkan Isi Informasi Buku yang Diresensi

Berdasarkan objek karyanya, resensi terdiri atas bermacam-macam jenis. Seperti yang terdapat di dalam contoh di atas, ada resensi untuk novel; ada pula yang berupa kumpulan cerpen. Berdasarkan objek tanggapannya, ada pula yang berupa film, drama, lagu, buku ilmu pengetahuan, lukisan, dan karya-karya lainnya.

Dengan perbedaan-perbedaan objek karya itu, informasi yang kita dapat pun akan bermacam-macam pula. Misalnya, dari resensi novel atau kumpulan cerpen, informasi yang kita dapatkan adalah tentang alur, penokohan, latar, dan hal-hal lainnya yang terdapat di dalam buku-buku cerita itu.

Berbeda halnya apabila resensi itu tentang buku populer, informasi yang kita dapatkan berupa sejumlah ilmu pengetahuan yang dapat memperluas wawasan kita tentang topik yang dibahas oleh buku itu.

C. Menganalisis Kebahasaan Resensi dalam Dua Karya yang Berbeda

Menganalisis Kebahasaan dalam Teks Resensi

1. Banyak menggunakan konjungsi penerang, seperti bahwa, yakni, yaitu.

2. Banyak menggunakan konjungsi temporal: sejak, semenjak, kemudian, akhirnya.

3. Banyak menggunakan konjungsi penyebab: karena, sebab.

4. Menggunakan pernyataan-pernyataan yang berupa saran atau rekomendasi pada bagian akhir teks. Hal ini ditandai oleh kata jangan, harus, hendaknya,

Pemerintah telah menetapkan beberapa peraturan berkaitan dengan penulisan unsur serapan itu. Secara umum peraturan-peraturan itu adalah sebagai berikut.

1. Satu bunyi dilambangkan dengan satu huruf, terkecuali untuk bunyi ng, ny, sy, kh yang diwakili oleh dua huruf. Contoh: kromosom bukan khromosom, foto bukan photo, retorika bukan rhetorika, dan tema bukan thema.

2. Penulisan kata serapan harus sesuai dengan cara pengucapan yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Misalnya: cek bukan check, tim bukan team, taksi bukan taxi, dan aki bukan accu.

3. Penulisan kata serapan diusahakan untuk tidak jauh berbeda dengan kata aslinya. Contoh: aerob (Inggris: aerobe) bukan erob, hidraulik (Inggris: hydraulic) bukan hidrolik, sistem (Inggris: system) bukan sistim, frekuensi (Inggris: frequency) bukan frekwensi

Menyimpulkan Dua Teks Resensi Berdasarkan Kebahasaan

Tujuan utama resensi buku ialah memberikan tanggapan atas isi buku sebagai informasi kepada calon pembaca buku itu. Tanggapan itu dapat memotivasi pembaca resensi atau menjadi tidak berminat membaca buku yang diresensi itu.

Di samping itu, resensi buku merupakan umpan balik bagi penulis buku untuk menyempurnakan isi buku tersebut pada edisi terbitan berikutnya.

Tujuan meresensi buku hendaknya menjadi acuan bagi penulis resensi dalam mengembangkan resensi yang disusunnya dan juga sebagai salah satu kriteria bagi media yang akan memublikasikannya.

D. Mengonstruksi Sebuah Resensi dari Buku Kumpulan Cerita atau Novel yang Dibaca

Mendiskusikan Hal-hal Menarik dalam Buku Kumpulan Cerita

Evaluasi terhadap karya sastra semacam novel lazim disebut dengan resensi, yakni ulasan terhadap kualitas suatu novel. Resensi ditulis untuk menarik minat baca khalayak untuk membaca novel yang diulas. 

Unsur persuasif sering ditonjolkan dalam resensi. Dengan adanya resensi, pada khalayak timbul keinginan untuk membaca novel itu dan turut mengapresiasinya. Dengan demikian, resensi juga berfungsi sebagai pengantar dan pemandu bagi pembaca dalam menikmati novel tersebut.

Adapun struktur penyajian resensi novel adalah sebagai berikut.

1. Identitas novel, yang meliputi judul, nama penulis, penerbit, tahun terbit, dan tebal novel.

2. Menyajikan ikhtisar atau hal-hal menarik dari novel.

3. Memberikan penilaian, yang meliputi kelebihan dan kelemahannya. Penilaian tersebut sebaiknya meliputi unsur-unsur novel itu secara lengkap, yakni tema, alur, penokohan, latar, gaya bahasa, amanat, dan kepengarangan.

4. Menyimpulkan resensi yang disajikan.

=======================

Bab 8: Bermain Drama

Pada bab terakhir ini, kamu akan mempelajari dan mementaskan sebuah drama. Drama adalah sebuah cerita atau kisah yang menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku acting atau dialog yang dipentaskan.

A. Mengidentifikasi Alur Cerita, Babak Demi Babak, dan Konflik dalam Drama yang Dibaca atau Ditonton

Memahami Struktur Drama yang Dibaca atau Ditonton

Susunan bagian-bagian drama tersebut sebenarnya merupakan salah unsur drama pula, yakni yang biasa disebut dengan alur. Ketiga bagian itu diapit oleh dua bagian penting lainnya, yakni prolog dan epilog.

1. Prolog adalah kata-kata pembuka, pengantar, ataupun latar belakang cerita, yang biasanya disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu.

2. Epilog adalah kata-kata penutup yang berisi simpulan ataupun amanat tentang isi keseluruhan dialog.

Dialog dalam drama meliputi bagian orientasi, komplikasi, dan resolusi (denouement).

1. Orientasi sesuatu cerita menentukan aksi dalam waktu dan tempat; 

2. Komplikasi atau bagian tengah cerita, mengembangkan konflik..

3. Resolusi atau denouement hendaklah muncul secara logis dari apa-apa yang telah mendahuluinya di dalam komplikasi. 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), drama memiliki beberapa pengertian. Pertama, drama diartikan sebagai syair atau prosa yang menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan.

Kedua, cerita atau kisah yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater. Terdapat beberapa bentuk drama, di antaranya, adalah sebagai berikut.

1. Berdasarkan bentuk sastra cakapannya

a. Drama puisi, yaitu drama yang sebagian besar cakapannya disusun dalam bentuk puisi atau menggunakan unsur-unsur puisi.

b. Drama prosa, yaitu drama yang cakapannya disusun dalam bentuk prosa.

2. Berdasarkan sajian isinya

a. Tragedi (drama duka), yaitu drama yang menampilkan tokoh yang sedih atau muram, yang terlibat dalam situasi gawat karena sesuatu yang tidak menguntungkan. 

b. Komedi (drama ria), yaitu drama ringan yang bersifat menghibur, walaupun selorohan, di dalamnya dapat bersifat menyindir, dan yang berakhir dengan bahagia.

c. Tragikomedi (drama dukaria), yaitu drama yang sebenarnya menggunakan alur dukacita tetapi berakhir dengan kebahagiaan.

3. Berdasarkan kuantitas cakapannya

a. Pantomim, yaitu drama tanpa kata-kata

b. Minikata, yaitu drama yang menggunakan sedikit sekali kata.

c. Dialog-monolog, yaitu drama yang menggunakan banyak kata.

4. Berdasarkan besarnya pengaruh unsur seni lainnya

a. Opera, yaitu drama yang menonjolkan seni suara atau musik.

b. Sendratari, yaitu drama yang menonjolkan seni drama dan tari.

c. Tablo, yaitu drama tanpa gerak atau dialog.

5. Bentuk-bentuk lain

a. Drama absurd, yaitu drama yang sengaja mengabaikan atau melanggar alur, penokohan, dan tematik.

b. Drama baca, naskah drama yang hanya cocok untuk dibaca, bukan dipentaskan.

c. Drama borjuis, drama yang bertema tentang kehidupan kaum bangsawan (muncul abad ke-18).

d. Drama domestik, drama yang menceritakan kehidupan rakyat biasa.

e. Drama duka, yaitu drama yang khusus menggambarkan kejahatan atau keruntuhan tokoh utama.

f. Drama liturgis, yaitu drama yang pementasannya digabungkan dengan upacara kebaktian gereja (di Abad Pertengahan).

g. Drama satu babak, yaitu lakon yang terdiri atas satu babak, berpusat pada satu tema dengan sejumlah kecil pemeran gaya, latar, serta pengaluran yang ringkas.

h. Drama rakyat, yaitu drama yang timbul dan berkembang sesuai dengan festival rakyat yang ada (terutama di pedesaan).

Mengidentifikasi Unsur-unsur Drama

Berikut paparan lebih lengkap tentang unsur-unsur tersebut.

1. Latar

Latar adalah keterangan mengenai tempat, waktu, dan suasana di dalam naskah drama.

a. Latar tempat, yaitu penggambaran tempat kejadian di dalam naskah drama, seperti di rumah, medan perang, di meja makan.

b. Latar waktu, yaitu penggambaran waktu kejadian di dalam naskah drama, seperti pagi hari pada tanggal 17 Agustus 1945.

c. Latar suasana/budaya, yaitu penggambaran suasana ataupun budaya yang melatarbelakangi terjadinya adegan atau peristiwa dalam drama. 

2. Penokohan

Tokoh-tokoh dalam drama diklasifikasikan sebagai berikut.

a. Tokoh gagal atau tokoh badut (the fail)

b. Tokoh idaman (the type character)

c. Tokoh statis (the static character)

d. Tokoh yang berkembang. 

3. Dialog

Dalam drama, percakapan atau dialog haruslah memenuhi dua tuntutan.

a. Dialog harus turut menunjang gerak laku tokohnya. 

b. Dialog yang diucapkan di atas pentas lebih tajam dan tertib daripada ujaran sehari-hari. 

4. Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi drama. 

5. Pesan atau amanat merupakan ajaran moral didaktis yang disampaikan drama itu kepada pembaca/penonton.

B. Mempertunjukkan Salah Satu Tokoh dalam Drama yang Dibaca atau Ditonton secara Lisan

Menelaah Bagian-Bagian Penting dalam Naskah Drama yang Dibaca atau Ditonton

Untuk menulis naskah drama, sekurang-kurangnya kita dapat menggunakan tiga sumber, yakni dari karya sudah ada, semacam dongeng, cerpen, ataupun novel. Bisa juga berdasarkan imajinasi dan pengalaman sendiri ataupun orang lain.

Menampilkan Seorang Tokoh dalam Drama yang Dibaca atau yang Ditonton

Pementasan drama berawal dari suatu naskah (skenario). Dialog dan tata laku yang dipentaskan oleh para pemainnya, sesuai dengan cerita yang disusun sebelumnya oleh penulis naskah.

C. Menganalisis Isi dan Kebahasaan dalam Drama yang Dibaca atau Ditonton

Menganalisis Isi Drama yang Dibaca atau Disimak

Tema drama merujuk pada sesuatu yang menjadi pokok persoalan yang ingin diungkapkan oleh penulis naskah. Berdasarkan keluasan tema itu dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yakni tema utama dan tema tambahan.

Menganalisis Kebahasaan dalam Drama yang Dibaca atau Disimak

Drama merupakan karya fiksi yang dinyatakan dalam bentuk dialog. Kalimat-kalimat yang tersaji di dalamnya hampir semuanya berupa dialog atau tuturan langsung para tokohnya. Ada kalimat-kalimat tidak langsung, ada pula pada bagian prolog dan epilognya.

D. Mendemonstrasikan Sebuah Naskah Drama dengan Memperhatikan Isi dan Kebahasaan

Mementaskan drama berarti mengaktualisasikan segala hal yang terdapat di dalam naskah drama ke dalam lakon drama di atas pentas. Aktivitas yang menonjol dalam memerankan drama ialah dialog antartokoh, monolog, ekspresi mimik, gerak anggota badan, dan perpindahan letak pemain

E. Menyusun Ulasan dari Buku yang Dibaca

1. Ulasan selalu ditujukan pada isi buku bukan pada pandangan sendiri sehingga dalam memberikan ulasan harus dibantu oleh kerangka isi buku.

2. Berikanlah ulasan pada setiap bagian penting isi buku secara proporsional.

3. Kemukakanlah ulasan minimal satu paragraf singkat pada setiap bagian buku (fiksi) atau setiap bab buku nonfiksi (buku pengayaan) yang dianggap menarik.

4. Pada bagian akhir, sampaikanlah kesan kamu setelah membaca buku tersebut.

Daftar Pustaka:
Suherli, Maman Suryaman, Aji Septiaji, Istiqomah. 2017. Bahasa Indonesia Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud

==============================