Materi Bahasa Indonesia Kelas 11 K13 Revisi
Bab I: Teks Prosedur
Bab II: Teks Eksplanasi
Bab III: Teks Ceramah
Bab IV: Teks Cerita Pendek
Bab V: Proposal
Bab VI: Karya Ilmiah
Bab VII: Resensi
Bab VIII: Drama
Ringkasan Materi Bahasa Indonesia Kelas 11
SEMESTER
1
Bab 1: Menyusun
Prosedur
Seseorang melakukan suatu kegiatan tentu saja harus
memperhatikan langkah-langkah mengerjakannya. Apabila kita akan melakukan
pekerjaan, maka harus memahami langkah-langkahnya agar kegiatan tersebut
berhasil dengan baik.
Mengungkapkan
Pernyataan Umum dan Tahapan-Tahapan
Apabila kamu akan bekerja, biasanya mengikuti seleksi
terlebih dahulu. Kegiatan seleksi merupakan cara suatu perusahaan atau
institusi dalam memilih pegawai yang terbaik sesuai dengan jenis pekerjaan.
Nah, jika kamu akan bekerja maka kamu akan mengikuti
tes dan wawancara. Oleh karena itu, pahamilah kiat sukses dalam mengikuti
kegiatan wawancara. Pemahaman terhadap bacaan ini akan menjadi panduan bagimu
dalam mengikuti wawancara.
Dalam setiap kegiatan tampaknya prosedur menjadi
pengingat bagi setiap orang untuk mematuhi tahapan agar kegiatan dapat
dilaksanakan dengan benar. Dengan mematuhi tahapan maka kemungkinan
keberhasilan kegiatan tersebut akan lebih besar.
Pada bagian sebelumnya, kita sudah mencermati berbagai
kegiatan seseorang yang memperhatikan prosedur! Nah, kamu sudah mendapat
gambaran tentang suatu prosedur.
1.
Bacalah sekurang-kurangnya tiga teks prosedur yang
bersumber dari surat kabar, majalah, ataupun internet!
2.
Catatlah sumber teks tersebut!
3.
Kemukakanlah garis besar isi setiap teks tersebut !
Teks prosedur dibentuk oleh ungkapan tentang tujuan,
langkah-langkah, dan penegasan ulang.
1. Tujuan merupakan pengantar tentang topik yang akan
dijelaskan dalam teks. Pada contoh teks berjudul “Kiat Berwawancara Kerja”, pendahuluan yang dimaksud berupa
pengertian wawancara dan manfaat bagi suatu perusahaan.
2. Langkah-langkah berupa perincian petunjuk yang
disarankan kepada pembaca terkait dengan topik yang ditentukan.
3. Penegasan ulang berupa harapan ataupun manfaat
apabila petunjuk-petunjuk itu dijalankan dengan baik
1. Banyak menggunakan kata-kata kerja perintah
(imperatif). Kata kerja imperatif dibentuk oleh akhiran -kan, -i, dan partikel -lah.
Bentuk Dasar |
Imbuhan/Partikel |
Bentukan Kata |
pasti |
-kan |
pastikan |
tunjuk |
-kan |
tunjukkan |
cerita |
-kan |
ceritakan |
hindar |
-i |
hindari |
jadi |
-lah |
jadilah |
1.
Banyak menggunakan kata-kata teknis yang berkaitan
dengan topik yang dibahasnya.
2.
Banyak menggunakan konjungsi dan partikel yang
bermakna penambahan.
3.
Banyak menggunakan pernyataan persuasif.
4.
Apabila prosedur itu berupa resep dan petunjuk
penggunaan alat, akan digunakan gambaran terperinci tentang benda dan alat yang
dipakai, termasuk ukuran, jumlah, dan warna.
D. Mengembangkan Teks
Prosedur
Teks prosedur yang salah dapat berisiko tinggi apabila
petunjuk itu berkenaan dengan sesuatu yang membahayakan, misalnya berupa
penggunaan mesin atau obat-obatan.
Ketidakjelasan prosedur dapat berakibat kerusakan pada
mesin ataupun kematian bagi penggunanya. Dengan demikian, kejelasan itu
merupakan hal yang utama dalam suatu teks prosedur.
1. Mengartikan Kata-kata Sulit
Kata-kata yang dianggap sulit dapat kamu temukan
maknanya melalui kamus. Arti kata yang berdasarkan kamus disebut dengan makna
leksikal. Arti kata yang berdasarkan konteks kalimat disebut dengan makna
struktural.
2. Memaknai Maksud Teks secara Keseluruhan
Hal ini dilakukan untuk mengetahui topik umum beserta
langkahlangkah yang ada di dalam suatu teks prosedur. Misalnya, teks tentang
teknik berwawancara yang telah kamu pelajari sebelumnya. Topik umumnya berupa
cara mengikuti suatu wawancara ketika melamar kerja.
Topik tersebut meliputi beberapa langkah yang isinya
mengarahkan seorang pencari kerja dalam mengikuti tes wawancara sehingga ia
diterima di suatu perusahaan.
Teks prosedur sekurang-kurangnya memiliki tiga macam,
di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Teks bertema kebiasaan hidup, misalnya kiat hidup
sehat, kiat belajar menyenangkan, dan kiat sukses bertetangga.
2. Teks bertema aktivitas tertentu, misalnya cara
membuat bolu kukus, cara menanam jagung hibrida, dan cara memelihara kucing.
3. Teks bertema penggunaan alat, misalnya cara penggunaan
laptop, cara menghidupkan motor bekas, dan cara menggunakan pisau cukur.
Struktur teks prosedur dibentuk oleh tujuan,
langkah-langkah, dan penegasan kembali. Sementara itu, kaidah teks prosedur
dibangun oleh kalimat-kalimat perintah (kata kerja imperatif). Terkadang pula
konjungsi yang bersifat penambahan (kronologis), penggunaan kata-kata teknis,
dan lainnya.
Mari berlatih menyusun teks prosedur! Langkah-langkah
penyusunan teks prosedur sebagai berikut.
1. Menginventarisasi macam-macam kegiatan yang pernah
atau dapat dilakukan.
2. Menentukan tema kegiatan.
3. Membuat kerangka dalam bentuk topik-topik kegiatan
secara garis besar.
4. Mensistematisasikan kerangka dengan benar dan mudah
dipahami pembaca.
5. Mengumpulkan bahan-bahan.
6. Mengembangkan kerangka menjadi sebuah petunjuk yang
jelas dan lengkap.
Dalam menyunting sebuah teks prosedur, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan, yaitu kebenaran isi, strukturnya, kaidah kalimat,
ataupun penggunaan ejaan/tanda baca.
Ada dua jenis kesalahan dalam cuplikan tersebut, yakni
dalam pembentukan kata dan pembentukan kalimat.
1. Pembentukan kata kenali dalam kalimat (1) tidak
tepat, seharusnya mengenali.
2. Kalimat (2) dan (4) tidaklah efektif. Kalimat
tersebut tidak jelas subjeknya.
Proyek membaca ini dilaporkan secara mandiri. Oleh
karena itu, langkah-langkah yang harus kamu lakukan sebagai berikut.
1. Carilah buku nonfiksi (buku
pengayaan) di perpustakaan.Buku yang kamu baca bukan buku teks pelajaran.
Pinjamlah buku tersebut kepada petugas untuk kamu baca selama satu minggu.
2. Jika kamu memiliki uang, pergilah ke toko buku.
Carilah buku nonfiksi yang dapat kamu miliki untuk dibaca.
3. Mulailah mempersiapkan kegiatan membaca, dengan
menyiapkan buku tulismu untuk melaporkan kegiatan membaca minggu ini.
4. Tuliskanlah judul buku, nama penulis, penerbit,
tahun terbit, dan kota terbit.
5. Amatilah daftar isi buku tersebut. Bacalah sekilas
daftar isinya, kemudian tuliskanlah, ada berapa bab isi buku tersebut.
6. Sebelum membaca, berdasarkan daftar isi buku, kamu
susun pertanyaan yang mungkin akan kamu dapatkan dari isi buku. Pada buku
laporan membaca, tuliskanlah pertanyaan-pertanyaan yang ingin kamu dapatkan
jawabannya dari membaca isi buku.
7. Mulailah membaca. Apabila buku itu milikmu, pada
saat kamu membaca tandailah butir-butir penting dari setiap subbab yang dibaca.
Jika buku itu milik perpustakaan, setiap kamu membaca butir-butir penting,
tuliskanlah pada buku laporan membaca.
8. Setiap kamu akan mulai membaca, tuliskan terlebih
dahulu hari, tanggal, dan waktu kamu membaca agar kegiatanmu terdata.
9. Lakukanlah kegiatan membaca buku tersebut selama
satu minggu.
10. Jika kamu sudah selesai membaca buku, susunlah
laporan kegiatan tersebut dalam buku rekaman tertulis kegiatan membaca. Untuk
membantumu melaporkan kegiatan membaca, berikut ini contoh format yang dapat
kamu buat.
=============================
Bab 2 Mempelajari Teks Eksplanasi
Pernahkah kamu mendengar istilah eksplanasi? Teks
eksplanasi merupakan sebuah karangan yang berisi penjelasan-penjelasan lengkap
mengenai suatu topik yang berhubungan dengan berbagai fenomena, baik fenomena
alam maupun sosial.
Teks eksplanasi dapat disamakan dengan teks yang
menceritakan prosedur atau proses terjadinya fenomena. Dengan teks tersebut,
pembaca dapat memperoleh pemahaman mengenai latar belakang terjadinya fenomena
secara jelas dan logis.
Teks eksplanasi menggunakan banyak fakta dan
pernyataan-pernyataan yang memiliki hubungan sebab akibat (kausalitas). Namun,
sebab-sebab ataupun akibat-akibat itu berupa sekumpulan fakta menurut
penulisnya.
Di dalam teks tersebut juga terkandung sebuah gagasan
umum (ide pokok), yakni dampaknya penyebaran virus SARS. Gagasan umum tersebut
terdapat pada bagian awal paragraf. Oleh karena itu, cuplikan teks tersebut
dapat pula digolongkan ke dalam jenis paragraf
deduktif.
Teks di atas juga bersifat eksplanatif. Gagasan
umumnya tentang beban keuangan pemerintah di tahun 1949 (yang begitu berat).
Gagasan umum itu terletak pada bagian awal paragraf. Dengan demikian, cuplikan
tersebut pun dapat digolongkan ke dalam paragraf deduktif.
Selain itu, mungkin pula sebuah paragraf dalam teks
eksplanasi bersifat induktif ataupun campuran. Akan tetapi, yang dapat
ditemukan, paragraf-paragraf di dalam teks eksplanasi pada umumnya bersifat
deduktif, yakni gagasan umumnya terletak pada bagian awal paragraf.
Sebenarnya tidak ada perbedaan istilah antara struktur
teks eksplanasi dengan bagian-bagian pokok teks eksplanasi. Kita ingat kembali
ciri-ciri teks eksplanasi.
1. Strukturnya terdiri atas pernyataan umum (gambaran
awal tentang apa yang disampaikan), deretan penjelas (inti penjelasan apa yang
disampaikan), dan interpretasi (pandangan atau simpulan).
2. Memuat informasi berdasarkan fakta (faktual).
3. Faktualnya memuat informasi yang bersifat keilmuan,
misalnya tentang sains.
Jadi, bagian-bagian teks eksplanasi adalah pernyataan
umum, deretan penjelas, dan interpretasi.
Menyajikan Hasil Teks
Eksplanasi
Selain menyajikan teks eksplanasi, kamu harus mampu
mengomentari pengerjaan hasil orang lain. Dalam berkomentar bisa dibagi menjadi
dua, yaitu kritik atau penolakan dan dukungan atau pujian.
Teks eksplanasi memiliki struktur baku sebagaimana
halnya jenis teks lainnya. Sesuai dengan karakteristik umum dari isinya, teks
eksplanasi dibentuk oleh bagian-bagian berikut.
1. Identifikasi fenomena (phenomenon identification),
mengidentifikasi sesuatu yang akan diterangkan. Hal itu bisa terkait dengan
fenomena alam, sosial, budaya, dan fenomena-fenomena lainnya.
2. Penggambaran rangkaian kejadian (explanation sequence), memerinci proses kejadian yang
relevan dengan fenomena yang diterangkan sebagai pertanyaan atas bagaimana atau
mengapa.
a. Rincian yang berpola atas pertanyaan “bagaimana”
akan melahirkan uraian yang tersusun secara kronologis ataupun gradual. Dalam
hal ini fase-fase kejadiannya disusun berdasarkan urutan waktu.
b. Rincian yang berpola atas pertanyaan “mengapa” akan
melahirkan uraian yang tersusun secara kausalitas. Dalam hal ini fase-fase
kejadiannya disusun berdasarkan hubungan sebab akibat.
3. Ulasan (review), berupa komentar
atau penilaian tentang konsekuensi atas kejadian yang dipaparkan sebelumnya.
Berdasarkan kaidah kebahasaan secara umum, teks
eksplanasi sama dengan kaidah pada teks prosedur. Sebagai teks yang berkategori
faktual (non-sastra), teks eksplanasi menggunakan banyak kata yang bermakna
denotatif.
Sebagai teks yang berisi paparan proses, baik itu
secara kausalitas maupun kronologis, teks tersebut menggunakan banyak konjungsi
kausalitas ataupun kronologis.
a. Konjungsi kausalitas, antara lain, sebab, karena,
oleh sebab itu, oleh karena itu, sehingga.
b. Konjungsi kronologis (hubungan waktu), seperti
kemudian, lalu, setelah itu, pada akhirnya.
Teks eksplanasi yang berpola kronologis juga
menggunakan banyak keterangan waktu pada kalimat-kalimatnya
D. Memproduksi Teks
Eksplanasi
Agar tersaji secara lebih menarik, kita pun perlu
mengetahui polapola pengembangannya. Secara umum, pola-pola pengembangan teks
eksplanasi adalah sebagai berikut.
1. Pola Pengembangan Sebab Akibat
Pengembangan teks eksplanasi dapat menggunakan pola
sebab akibat. Dalam hal ini sebab dapat bertindak sebagai gagasan umum,
sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Namun demikian, dapat juga
terbalik.
Akibat dijadikan sebagai gagasan umum, maka perlu
dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya. Persoalan sebab akibat
sebenarnya sangat dekat hubungannya dengan proses. Jika disusun untuk mencari
hubungan antara bagianbagiannya, proses itu dapat disebut proses kausalitas.
2. Pola Pengembangan Proses
Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan
atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau
perurutan dari suatu kejadian atau peristiwa. Untuk menyusun sebuah proses,
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui perincian-perincian secara menyeluruh.
b. Membagi proses tersebut menurut tahap-tahap
kejadian.
c. Menjelaskan setiap urutan itu ke dalam
detail-detail yang tegas sehingga pembaca dapat melihat seluruh proses itu
dengan jelas.
Menulis Teks
Eksplanasi Berdasarkan Struktur dan Kebahasaan
1. Mendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan
menjadi teks eksplanasi.
2. Menyusun kerangka teks, yakni dengan menomori
topik-topik itu sesuai dengan struktur baku dari teks ekspalanasi, yang
paragraf-paragrafnya dapat disusun secara kausalitas atau kronologis. Dalam
tahap ini, dapat saja membuat topik yang kita anggap tidak sesuai atau
menggantinya dengan topik yang lain.
3. Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi
teks eksplanasi yang lengkap dan utuh, dengan memperhatikan struktur bakunya:
identifikasi fenomena, proses kejadian, dan ulasan.
Dalam tahap ini kita harus menjadikan topik-topik itu
menjadi kalimat yang jelas. Kita pun dapat saja membuat kalimat yang fungsinya
sebagai pengikat, seperti konjungsi-konjungsi yang biasa digunakan dalam teks
eksplanasi sehingga kalimat-kalimat itu terjalin secara lebih kompak dan padu.
4. Menyunting teks eksplanasi yang ditulis teman.
Tujuannya untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan yang mungkin ada dalam teks itu,
misalnya berkenaan dengan:
a. isi teks,
b. struktur,
c. kaidah kebahasaan, dan
d. ejaan/tanda bacanya.
==================
Ceramah apa saja yang telah kamu dengarkan pada hari
ini? Memang kehidupan kita tidak bisa lepas dari mendengarkan atau “tiada hari tanpa menyimak”. Tidak salah juga apabila
setiap hari kita banyak menyimak ceramah. Dari situlah kita memperoleh banyak
pengetahuan dan wawasan.
A. Mengidentifikasi
Informasi Berupa Permasalahan Aktual yang Disajikan dalam Ceramah
Jika ingin tampil di depan umum, salah satu kegiatan
berbicara yang bisa kamu lakukan adalah ceramah. Dengan berceramah, kita akan
membagi pengetahuan dari apa yang kita kuasai. Bahkan, melalui ceramah, kita
dapat berbagi ilmu yang kita miliki kepada orang lain
Selain itu, ada pula yang disebut dengan pidato dan
khotbah. Untuk memahami kedua hal tersebut, cermatilah perbedaan di antara
keduanya.
1. Pidato adalah pembicaraan di depan umum yang
cenderung bersifat persuasif, yakni berisi ajakan ataupun dorongan pada
khalayak untuk berbuat sesuatu.
2. Khotbah adalah pembicaraan di depan umum yang
berisi penyampaian pengetahuan keagamaan atau praktik beribadah dan
ajakan-ajakan untuk memperkuat keimanan.
Jenis-jenis informasi dapat dikategorikan sebagai
berikut.
1. Informasi berdasarkan fungsi yaitu informasi yang
bergantung pada materi dan juga kegunaan informasi. Yang termasuk informasi
jenis ini adalah informasi yang menambah pengetahuan, informasi yang mengajari
pembaca (informasi edukatif), dan informasi yang hanya menyenangkan pembaca
yang bersifat fiksional (khayalan).
Informasi yang menambah pengetahuan, misalnya, tulisan
tentang pergantian kurikulum. Informasi edukatif, misalnya, tulisan tentang
teknik belajar yang jitu. Selanjutnya, informasi yang menyenangkan, misalnya,
cerita pendek, karikatur, dan komik.
2. Informasi berdasarkan format penyajian yaitu
informasi berdasarkan bentuk penyajian informasinya. Di media massa dikenal
berbagai bentuk penyajian yaitu dalam bentuk tulisan, foto, kartun, ataupun
karikatur. Dalam bentuk tulisan dikenal bentuk berita, artikel, karangan khas
(feature), resensi, kolom, dan karya fiksi.
3. Informasi berdasarkan lokasi peristiwa yaitu
informasi berdasarkan tempat kejadian peristiwa berlangsung. Dengan demikian,
informasi dibagi menjadi informasi daerah, nasional, dan mancanegara.
4. Informasi berdasarkan bidang kehidupan yaitu
informasi berdasarkan bidang-bidang kehidupan yang ada. Bidang-bidang yang
biasanya dibedakan itu, misalnya pendidikan, olahraga, musik, sastra, budaya,
dan iptek.
B. Menyusun
Bagian-Bagian Penting dari Permasalahan Aktual
Menelaah Bagian-Bagian
Penting dalam Teks Ceramah
Penting atau tidaknya suatu uraian dapat pula
berdasarkan kebermanfaatannya. Apabila bagian itu dianggap bermanfaat atau
sangat perlu diketahui, maka bagian itulah yang penting. Sementara itu,
pernyataan lain yang kurang bermanfaat atau sudah diketahui maksudnya, maka
bagian itu bukanlah hal penting.
Dengan demikian, penting tidaknya suatu uraian bisa
berbeda antara pendengar yang satu dengan pendengar yang lainnya. Meskipun
demikian, berdasarkan paparan yang tersaji dalam teks ceramah itu, suatu
informasi dianggap penting apabila informasi itu bersifat umum yang merangkum
atau menjadi dasar uraian-uraian lainnya.
Menemukan Kalimat
Majemuk Bertingkat dalam Teks Ceramah
Yang dimaksud dengan kalimat majemuk bertingkat adalah
kalimat yang memiliki lebih dari satu klausa dan hubungan antara klausa tidak
sederajat. Salah satu unsur klausa ada yang menduduki induk kalimat, sedangkan
unsur yang lain sebagai anak kalimat.
Kalimat majemuk bertingkat terbagi ke dalam beberapa
jenis, antara lain sebagai berikut.
1. Kalimat majemuk hubungan akibat, ditandai oleh kata
penghubung sehingga, sampai-sampai, maka.
Contoh: Ia terlalu bekerja
keras sehingga jatuh sakit.
2. Kalimat majemuk hubungan cara, ditandai oleh kata
penghubung dengan.
Contoh: Kejelasan PSMS
Medan berhasil mempertahankan kemenangannya dengan memperkokoh pertahanan
mereka.
3. Kalimat majemuk hubungan sangkalan, ditandai oleh
konjungsi seolah-olah, seakan-akan.
Contoh: Keadaan di dalam
kota kelihatan tenang, seolah-olah tidak ada suatu apa pun yang terjadi.
4. Kalimat majemuk hubungan kenyataan, ditandai oleh
konjungsi padahal, sedangkan.
Contoh: Pura-pura tidak
tahu padahal dia tahu banyak.
5. Kalimat majemuk hasil, ditandai oleh konjungsi
makanya.
Contoh: Tempat ini licin,
makanya Anda jatuh.
6. Kalimat majemuk hubungan penjelasan, ditandai oleh
kata penghubung bahwa, yaitu.
Contoh: Berkas riwayat hidupnya
menunjukkan bahwa dia adalah seorang
7. Kalimat majemuk hubungan atributif, ditandai oleh
konjungsi yang.
Contoh: Pamannya yang
tinggal di Bogor itu, sedang dirawat di rumah sakit
Menentukan Isi dan
Struktur dalam Teks Ceramah
Apabila kamu perhatikan dengan cermat contoh-contoh di
atas, ketahuilah bahwa teks ceramah memiliki bagian-bagian tertentu, yang
meliputi bagian pembuka, isi, dan penutup.
1. Pembuka
Berupa pengenalan isu, masalah, ataupun pandangan
pembicara tentang topik yang akan dibahasnya. Bagian ini sama dengan isi
dalam teks eksposisi, yang
disebut dengan isu.
2. Isi
Berupa rangkaian argumen pembicara berkaitan dengan
pendahuluan atau tesis. Pada bagian ini dikemukakan pula sejumlah fakta yang
memperkuat argumen-argumen pembicara.
3. Penutup
Berupa penegasan kembali atas pernyataan-pernyataan
sebelumnya.
Mengidentifikasi
Kaidah Kebahasaan dalam Teks Ceramah
Sebagaimana jenis teks lainnya, ceramah pun memiliki
karakteristik tersendiri yang cenderung berbeda dengan teks-teks lainnya.
Merujuk pada contoh-contoh di atas bahwa teks ceramah memiliki kaidah
kebahasaan sebagai berikut.
1. Menggunakan kata ganti orang pertama (tunggal) dan
kata ganti orang kedua jamak, sebagai sapaan. Kata ganti orang pertama, yakni
saya, aku. Mungkin juga kata kami apabila penceramahnya mengatasnamakan
kelompok.
2. Menggunakan kata-kata teknis atau peristilahan yang
berkenan dengan topik.
3. Menggunakan kata-kata yang menunjukkan hubungan
argumentasi (sebab akibat).
4. Menggunakan kata-kata kerja mental, seperti
diharapkan, memprihatinkan, memperkirakan, mengagumkan, menduga, berpendapat,
berasumsi, menyimpulkan.
5. Menggunakan kata-kata persuasif, seperti hendaklah,
sebaiknya, diharapkan, perlu, harus.
Menentukan Aspek-Aspek
yang Disunting dalam Teks Ceramah
Adapun langkah-langkah penyusunannya dimulai dengan
menentukan topik dan tujuan, menyusun kerangka ceramah, menyusun teks ceramah
berdasarkan kerangka dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami, hingga
menyunting teks ceramah.
1. Menentukan Topik
2. Merumuskan Tujuan Ceramah
3. Menyusun Kerangka Ceramah
4. Menyusun Ceramah Berdasarkan Kerangka
Menyampaikan Hasil
Suntingan dengan Memperhatikan Struktur dan Kebahasaan
Penyuntingan bertujuan untuk menyempurnakan atau untuk
mengurangi kekeliruan-kekeliruan yang mungkin terjadi dalam suatu teks. Oleh
karena itu, seorang penyunting setidaknya harus:
1. mengetahui cara penulisan karangan yang baik,
2. memahami masalah yang dibahas dalam karangan itu,
serta memahami aturan-aturan kebahasaan, seperti masalah ejaan dan tanda baca.
===================================
Bab 4 Meneladani Kehidupan dari Cerita Pendek
Cerita pendek
merupakan salah satu karya sastra yang memusatkan diri pada satu tokoh dalam
satu situasi. Dalam cerita pendek, kita akan banyak menemukan berbagai karakter
tokoh, baik protagonis maupun antagonis.
Keduanya merupakan
cerminan nyata dari kehidupan di dunia. Namun, dari karakter tokoh tersebut
kita dapat menemukan nilai-nilai kehidupan, yaitu perbuatan baik yang harus
kita tiru dan perbuatan buruk yang harus kita jauhi.
Memahami
Informasi tentang Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita Pendek
Cerita yang telah
kamu baca itu dinamakan cerita pendek. Sesuai dengan namanya, cerita pendek
(cerpen) adalah cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek. Ukuran
panjang pendeknya suatu cerita memang relatif.
Namun, pada umumnya
cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau
setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500 – 5.000 kata. Oleh karena itu, cerita
pendek sering diungkapkan dengan “cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk”.
Untuk memahami isi
suatu cerpen, termasuk nilai-nilai yang ada di dalamnya, kita sebaiknya
mengawalinya dengan sejumlah pertanyaan. Dengan demikian, pemahaman kita
terhadap cerpen itu akan lebih terfokus dan lebih mendalam.
Pertanyaan-pertanyaan itu dapat dikelompokkan yakni mulai dari pemahaman
literal, interpretatif, integratif, kritis, dan kreatif.
Menemukan
Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita Pendek
Adapun yang dimaksud
dengan nilai dalam hal ini adalah sesuatu yang penting, berguna, atau
bermanfaat bagi manusia. Pertanyaan kritis tentang kelebihan dan kelemahan
cerpen, akan sampai pada jawaban tentang bermanfaat atau tidaknya tulisan
tersebut bagi pembaca.
B.
Mendemonstrasikan Salah Satu Nilai Kehidupan yang Dipelajari dalam Teks Cerita
Pendek
Cerita pendek akan
terus-menerus dibaca dan diproduksi karena manfaatnya besar bagi kehidupan.
Manfaat yang langsung dapat kita rasakan adalah bahwa cerpen memberikan hiburan
atau rasa senang.
Mempresentasikan
Sebuah Teks Cerita Pendek dengan Nilai Kehidupan
Setiap pengarang akan
menginterpretasikan atau menafsirkan kehidupan berdasarkan sudut pandangannya
sendiri. Tema tentang cinta, misalnya. Karena masing-masing pengarang memiliki
interpretasi ataupun penafsiran yang berbeda-beda, ceritanya pun menjadi
berbeda-beda antara pengarang yang satu dengan yang lainnya.
Cerita itu tetap
menarik sepanjang zaman karena diungkapkan dengan berbagai cara oleh para
pengarangnya. Hal itu pula yang menyebabkan cerita itu menjadi bermakna bagi
khalayak; mereka tidak pernah bosan untuk selalu menikmatinya.
C.
Menganalisis Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek
a. Tema
Tema adalah gagasan
yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerita menyangkut segala persoalan,
baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan
sebagainya. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh
terhadap berbagai unsur karangan itu.
b. Amanat
Amanat merupakan
ajaran atau pesan yang hendak disampaikan pengarang. Amanat dalam cerpen
umumnya bersifat tersirat; disembunyikan pengarangnya di balik
peristiwa-peristiwa yang membentuk isi cerita.
c. Penokohan
Penokohan merupakan
cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam
cerita. Berikut cara-cara penggambaran karakteristik tokoh.
1) Teknik analitik
langsung
2) Penggambaran fisik
dan perilaku tokoh
3) Penggambaran
lingkungan kehidupan tokoh
4) Penggambaran tata
kebahasaan tokoh
5) Pengungkapan jalan
pikiran tokoh
6) Penggambaran oleh
tokoh lain
d. Alur
Alur merupakan pola
pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat ataupun
bersifat kronologis.
e. Latar
Latar atau setting
meliputi tempat, waktu, dan budaya yang digunakan dalam suatu cerita. Latar
dalam suatu cerita bisa bersifat faktual atau bisa pula yang imajinatif.
f. Gaya Bahasa
Dalam cerita,
penggunaan bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau suasana persuasif
serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara
sesama tokoh.
Menelaah
Teks Cerita Pendek Berdasarkan Struktur dan Kaidah
Struktur cerpen
merupakan rangkaian cerita yang membentuk cerpen itu sendiri. Dengan demikian,
struktur cerpen tidak lain berupa unsur yang berupa alur, yakni berupa jalinan
cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat ataupun secara kronologis.
Secara umum jalan cerita terbagi ke dalam bagian-bagian berikut.
1. Pengenalan situasi
cerita (exposition, orientation)
2. Pengungkapan
peristiwa (complication)
3. Menuju pada adanya
konflik (rising action)
4. Puncak konflik (turning point)
5. Penyelesaian (ending atau coda)
Cerpen juga memiliki
ciri-ciri kebahasaan seperti berikut.
1. Banyak menggunakan
kalimat bermakna lampau, yang ditandai oleh fungsi-fungsi keterangan yang
bermakna kelampauan, seperti ketika itu, beberapa tahun yang lalu, telah
terjadi.
2. Banyak menggunakan
kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis). Contoh: sejak saat
itu, setelah itu, mula-mula, kemudian.
3. Banyak menggunakan
kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti menyuruh,
membersihkan, menawari, melompat, menghindar.
4. Banyak menggunakan
kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai cara menceritakan
tuturan seorang tokoh oleh pengarang. Contoh: mengatakan bahwa, menceritakan
tentang, mengungkapkan, menanyakan, menyatakan, menuturkan.
5. Banyak menggunakan
kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh. Contoh:
merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami.
6. Menggunakan banyak
dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda (“….”) dan kata kerja yang
menunjukkan tuturan langsung.
Contoh: “Tidak.
Sekali saya bilang, tidak!” teriak Lani.
7. Menggunakan
kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau
suasana.
D.
Mengonstruksi Sebuah Cerita Pendek dengan Memperhatikan Unsur-Unsur Pembangun
Menentukan
Topik tentang Kehidupan dalam Cerita Pendek
Topik cerpen dapat
diambil dari kehidupan diri sendiri ataupun pengalaman orang lain. Tugas
seorang penulis cerpen adalah memperlakukan pengalaman itu sesuai dengan emosi
dan nuraninya sendiri.
Menyunting
Teks Cerita Pendek dengan Memperhatikan Unsur-Unsur
Menulis karangan,
baik itu berupa cerita ataupun jenis karangan yang lain jarang yang bisa sekali
jadi. Akan ada saja kesalahan atau kekeliruan yang harus diperbaiki.
Langkah-langkah
Membuat Rangkuman
1. Harus membaca
uraian asli pengarang sampai tuntas agar memperoleh gambaran atau kesan umum
dan sudut pandang pengarang. Pembacaan hendaklah dilakukan secara saksama dan
diulang sampai dua atau tiga kali untuk dapat memahami isi bacaan secara utuh.
2. Perangkum membaca
kembali bacaan yang akan dirangkum dengan membuat catatan pikiran utama atau
menandai pikiran utama setiap uraian untuk setiap bagian atau setiap paragraf.
3. Dengan berpedoman
hasil catatan, perangkum mulai membuat rangkuman dan
menyusun kalimat-kalimat yang bertolak dari hasil catatan dengan menggunakan
bahasa perangkum sendiri. Apabila perangkum merasa ada yang kurang sesuai,
perangkum dapat membuka kembali bacaan yang akan dirangkum.
4. Perangkum perlu
membaca kembali hasil rangkuman dan mengadakan perbaikan apabila dirasa ada
kalimat yang kurang koheren.
5. Perangkum perlu
menulis kembali hasil rangkumannya berdasarkan hasil perbaikan dan memastikan
bahwa rangkuman yang dihasilkan lebih pendek dibanding dengan bacaan yang
dirangkum.
Daftar Pustaka :
Suherli, Maman Suryaman, Aji Septiaji, Istiqomah. 2017. Bahasa Indonesia Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK. Jakarta
: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud
=============================
SEMESTER
2
Ringkasan
Materi Bahasa Indonesia Kelas 11 K13 Revisi
Bab 5: Mempersiapkan
Proposal
Pernahkah kamu
melaksanakan suatu kegiatan di sekolah? Untuk melancarkan kegiatan tersebut,
kamu harus terlebih dahulu membuat sebuah proposal. Proposal adalah rencana kegiatan
yang dituliskan dalam bentuk rancangan kerja yang akan dilaksanakan.
A.
Mengidentifikasi Informasi Penting dalam Proposal Kegiatan atau Penelitian
Mengidentifikasi
Bagian-bagian Penting Proposal
Proposal adalah teks
yang berupa permintaan kepada seseorang atau suatu lembaga untuk melakukan
suatu kegiatan (penelitian).
Menemukan
Informasi yang Dibaca untuk Dikembangkan Menjadi Proposal
Struktur penulisan
proposal dapat bermacam-macam. Hal ini bergantung pada jenis kegiatan yang
diusulkannya. Dalam beberapa aspek, proposal penelitian memiliki beberapa
perbedaan dengan proposal kegiatan kemasyarakatan. Namun, secara umum berikut
bagian-bagian yang sebaiknya ada
1. Latar Belakang
2. Masalah dan Tujuan
3. Ruang Lingkup
Kegiatan
4. Kerangka Teoretis
dan Hipotesis
5. Metode
6. Pelaksana Kegiatan
7. Fasilitas
8. Keuntungan dan
Kerugian
9. Lama Waktu
10. Pembiayaan
Untuk lebih jelasnya,
perhatikan sistematika proposal berikut!
1. Latar Belakang
2. Masalah dan Tujuan
a. Masalah
b. Tujuan
3. Ruang Lingkup
Kegiatan
a. Objek
b. Jenis-Jenis kegiatan
4. Kerangka Teoretis
dan Hipotesis
a. Kerangka teoretis
b. Hipotesis
5. Metode
6. Pelaksana Kegiatan
a. Penanggung jawab
b. Susunan personalia
7. Fasilitas yang
Tersedia
a. Sarana
b. Peralatan
8. Keuntungan dan
Kerugian
a. Keuntungan-Keuntungan
b. Kemungkinan kerugian
9. Lama Waktu dan
Tempat Pelaksanaan
a. Waktu
b. Tempat
10. Anggaran Biaya
11. Daftar Pustaka
12. Lampiran-Lampiran
Sistematika tersebut
dalam beberapa hal memiliki perbedaan apabila proposal tersebut ditujukan untuk
suatu penelitian. Sistematika penulisan proposal penelitian adalah sebagai
berikut.
1. Latar Belakang
Masalah
2. Perumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
5. Landasan Teori
6. Metode Penelitian
7. Kerangka Penulisan
Laporan
Sistematika proposal
bersifat fleksibel, bergantung pada jenis kegiatan yang akan dilaksanakan serta
lembaga yang hendak dituju. Biasanya setiap lembaga memiliki sistematika
proposal yang relatif berbeda-beda. Oleh karena itu, pengusul hendaknya
memperhatikan sistematika yang dikehendaki pihak penerima usul.
B.
Melengkapi Informasi dalam Proposal secara Lisan
Menyajikan
Proposal Hasil Diskusi
Kita sudah mengetahui
bahwa struktur proposal terdiri atas bagian-bagian berikut.
1. Latar Belakang
2. Masalah dan Tujuan
a. Masalah
b. Tujuan
3. Ruang Lingkup
Kegiatan
a. Objek
b. Jenis-jenis kegiatan
4. Kerangka Teoretis
dan HipotesisA
a. Kerangka teoretis
b. Hipotesis
5. Metode
6. Pelaksana Kegiatan
a. Penanggung jawab
b. Susunan personalia
7. Fasilitas yang
Tersedia
a. Sarana
b. Peralatan
8. Keuntungan dan
Kerugian
a. Keuntungan-keuntungan
b. Kemungkinan kerugian
9. Lama Waktu dan
Tempat Pelaksanaan
a. Waktu
b. Tempat
10. Anggaran Biaya
11. Daftar Pustaka
12. Lampiran-Lampiran
Sementara itu,
kebahasaan yang menandai proposal adalah banyaknya menggunakan fitur-fitur
berikut.
1. Pernyataan
argumentatif
2. Pernyataan
persuasif
3. Kata-kata teknis
4. Kata kerja
tindakan
5. Kata pendefinisian
6. Kata perincian
7. Kata keakanan
C.
Menganalisis Isi, Sistematika, dan Kebahasaan Proposal
Menganalisis
Isi Teks Proposal
Isi dari sebuah
proposal secara umum, yakni berupa usulan kegiatan. Adapun isinya secara khusus
dapat bermacam-macam bergantung pada jenis kegiatan yang diusulkannya itu.
Di samping memiliki
kesamaan umum, proposal penelitian memiliki beberapa perbedaan dengan proposal
kegiatan bakti sosial, perlombaan, dan kegiatan-kegiatan sejenis lainnya.
Menganalisis
Kaidah Kebahasaan Teks Proposal
Fitur-fitur
kebahasaan lainnya yang menjadi penanda proposal adalah sebagai berikut.
1. Menggunakan banyak
istilah ilmiah, baik berkenaan dengan kegiatan itu sendiri ataupun tentang
istilah-istilah berkaitan dengan bidang keilmuannya.
2. Menggunakan banyak
kata kerja tindakan yang menyatakan langkah-langkah kegiatan (metode
penelitian). Kata-kata yang dimaksud, misalnya, berlatih, membaca, mengisi,
mencampurkan, mendokumentasikan, mengamati, melakukan.
3. Menggunakan
kata-kata yang menyatakan definisi, yang ditandai oleh penggunaan kata
merupakan, adalah, yaitu, yakni.
4. Menggunakan
kata-kata yang bermakna perincian, seperti selain itu, petama, kedua, ketiga.
5. Menggunakan
kata-kata yang bersifat “keakanan”, seperti akan, diharapkan, direncanakan. Hal
itu sesuai dengan sifat proposal itu sendiri sebagai suatu usulan, rencana,
atau rancangan program kegiatan.
6. Menggunakan kata-kata
bermakna lugas (denotatif). Hal ini penting guna menghindari kesalahan
pemahaman antara pihak pengusul dengan pihak tertuju/penerima proposal
D.
Merancang Sebuah Proposal Karya Ilmiah dengan Memperhatikan Informasi, Tujuan,
dan Esensi Karya Ilmiah
Menelaah
Hasil Proposal
Penyusunan proposal
harus diawali dengan analisis masalah ataupun kebutuhan di lapangan. Untuk itu,
kita tidak bisa serta merta mengajukan sebuah kegiatan yang nantinya tidak
sesuai dengan masalah ataupun kebutuhan nyatanya.
Menyusun
Proposal Berdasarkan Aspek-Aspek Penting
Langkah berikutnya
yang harus kamu lakukan adalah mengembangkan temuan-temuan itu ke dalam sebuah
proposal yang lengkap, jelas, dan menarik.
1. Lengkap, perhatikanlah kelengkapan bagian-bagian
proposal, mulai dari latar belakang sampai bagian daftar pustaka; mungkin juga
lampiran-lampiran yang perlu disertakan. Untuk itu, kita harus memahami kembali
struktur proposal yang telah dipelajari terdahulu.
2. Jelas, perhatikan pula kaidah-kaidah kebahasaan yang
lazim digunakan untuk proposal sehingga proposal yang kamu buat itu mudah
dipahami oleh pembacanya.
3. Menarik, perhatikan teknik penyajiannya; tata letak,
ilustrasi, pemilihan jenis huruf, spasi, dan hal-hal lainnya sehingga penerima
usul tertarik untuk membacanya. Dengan demikian, hal tersebut membantu pula di
dalam proses pengesahan proposal tersebut.
Daftar Pustaka:
Suherli, Maman Suryaman, Aji Septiaji, Istiqomah. 2017. Bahasa Indonesia Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK. Jakarta
: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud
=====================
Bab 6 Merancang Karya Ilmiah
Pernahkah kalian
membuat karya tulis ilmiah? Karya ilmiah atau tulisan ilmiah adalah tulisan
yang berisi tentang fenomena atau peristiwa yang ditulis berdasarkan kenyataan
(bukan fiksi). Misalnya, tulisan tentang ilmu pengetahuan, alam sekitar,
teknologi, dan seni yang diperoleh melalui studi kepustakaan atau penelitian.
A.
Mengidentifikasi Informasi, Tujuan, dan Esensi Karya Ilmiah yang Dibaca
Mengidentifikasi
Struktur Karya Ilmiah yang Dibaca
Karya ilmiah dapat
ditulis dalam berbagai bentuk penyajian. Setiap bentuk itu berbeda dalam hal
kelengkapan strukturnya. Secara umum, bentuk penyajian karya ilmiah terbagi ke
dalam tiga jenis, yaitu bentuk populer, bentuk semi-formal, dan bentuk formal.
1. Bentuk Populer
Karya ilmiah bentuk
ini sering disebut karya ilmiah populer. Bentuknya manasuka. Karya ilmiah
bentuk ini bisa diungkapkan dalam bentuk karya ringkas. Ragam bahasanya bersifat
santai (populer). Karya ilmiah populer umumnya dijumpai dalam media massa,
seperti koran atau majalah.
Istilah populer
digunakan untuk menyatakan topik yang akrab, menyenangkan bagi populus (rakyat)
atau disukai oleh sebagian besar orang karena gayanya yang menarik dan
bahasanya mudah dipahami. Kalimat-kalimatnya sederhana, lancar, namun tidak
berupa senda gurau dan tidak pula bersifat fantasi (rekaan).
2. Bentuk Semi-formal
Secara garis besar,
karya ilmiah bentuk ini terdiri atas:
a. halaman judul,
b. kata pengantar,
c. daftar isi,
d. pendahuluan,
e. pembahasan,
f. simpulan, dan
g. daftar pustaka.
Bentuk karya ilmiah
semacam itu, umumnya digunakan dalam berbagai jenis laporan biasa dan makalah.
3. Bentuk Formal
Karya ilmiah bentuk
formal disusun dengan memenuhi unsur-unsur kelengkapan akademis secara lengkap,
seperti dalam skripsi, tesis, atau disertasi. Unsur-unsur karya ilmiah bentuk
formal, meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Judul
b. Tim Pembimbing
c. Kata Pengantar
d. Abstrak
e. Daftar Isi
f. Bab Pendahuluan
g. Bab Telaah
Kepustakaan/Kerangka Teoretis
h. Bab Metode
Penelitian
i. Bab Pembahasan
Hasil Penelitian
j. Bab Simpulan dan
Rekomendasi
k. Daftar Pustaka
l. Lampiran-lampiran
m. Riwayat Hidup
Struktur
Penting Dalam Karya Ilmiah
1. Judul
Judul dalam karya
ilmiah dirumuskan dalam satu frasa yang jelas dan lengkap. Judul mencerminkan
hubungan antar variabel. Istilah hubungan di sini tidak selalu mempunyai makna
korelasional, kausalitas, ataupun determinatif.
Judul juga
mencerminkan dan konsistensi dengan ruang lingkup penelitian, tujuan
penelitian, subjek penelitian, dan metode penelitian.
2. Pendahuluan
Pada karya ilmiah
formal, bagian pendahuluan mencakup latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat
atau kegunaan penelitian. Selain itu, dapat pula dilengkapi dengan definisi
operasional dan sistematika penulisan.
a. Latar Belakang
Masalah
Uraian pada latar
belakang masalah dimaksudkan untuk menjelaskan alasan timbulnya masalah dan
pentingnya untuk dibahas, baik itu dari segi pengembangan ilmu, kemasyarakatan,
maupun dalam kaitan dengan kehidupan pada umumnya.
b. Perumusan Masalah
Masalah adalah segala
sesuatu yang dianggap perlu pemecahan oleh penulis, yang pada umumnya
ditanyakan dalam bentuk pertanyaan mengapa, bagaimana.
c. Tujuan (Penulisan
Karya Ilmiah)
Tujuan merupakan
pernyataan mengenai fokus pembahasan di dalam penulisan karya ilmiah tersebut;
berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.
d. Manfaat
Perlu diyakinkan pula
kepada pembaca tentang manfaat atau kegunaan dari penulisan karya ilmiah.
3. Kerangka Teoretis
Kerangka teoretis
disebut juga kajian pustaka atau teori landasan. Tercakup pula
di dalam bagian ini adalah kerangka pemikiran dan hipotesis.
4. Metodologi
Penelitian
Dalam karya tulis
yang merupakan hasil penelitian, perlu dicantumkan pula bagian yang disebut
dengan metode penelitian.
Metodologi penelitian
diartikan sebagai prosedur atau tahap-tahap penelitian, mulai dari persiapan,
penentuan sumber data, pengolahan, sampai dengan pelaporannya. Metode-metode
penelitian yang dimaksud, misalnya, sebagai berikut.
a. Metode deskriptif,
yakni metode penelitian yang bertujuan hanya menggambarkan fakta-fakta secara
apa adanya, tanpa adanya perlakukan apa pun. Data yang dimaksud dapat berupa
fakta yang bersifat kuantitatif (statistika) ataupun fakta kualitatif.
b. Metode eksperimen,
yakni metode penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran atas suatu gejala
setelah mendapatkan perlakuan.
c. Metode penelitian
kelas, yakni metode penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki
persoalan-persoalan yang terjadi pada kelas tertentu, misalnya tentang motivasi
belajar dan prestasi belajar siswa dalam kompetensi dasar tertentu.
5. Pembahasan
Bagian ini berisi
paparan tentang isi pokok karya ilmiah, terkait dengan rumusan masalah/tujuan
penulisan yang dikemukakan pada bab pendahuluan.
6. Simpulan dan Saran
Simpulan merupakan
pemaknaan kembali atau sebagai sintesis dari keseluruhan unsur penulisan karya
ilmiah.
7. Daftar Pustaka
Daftar pustaka memuat
semua kepustakaan yang digunakan sebagai landasan dalam karya ilmiah yang
terdapat dari sumber tertulis, baik itu yang berupa buku, artikel jurnal,
dokumen resmi, maupun sumber-sumber lain dari internet.
Menemukan
Informasi yang Dapat Dikembangkan Menjadi Karya Ilmiah
Karya ilmiah
menyajikan masalah-masalah yang objektif dan faktual.
1. Sistematis
2. Logis
3. Objektif (impersonal)
4. Faktual
B.
Merancang Informasi, Tujuan, dan Esensi dalam Karya Ilmiah
Menentukan
Informasi Penting dalam Karya Ilmiah
Tujuan penulisan
karya ilmiah adalah untuk memublikasikan suatu ilmu pengetahuan kepada
masyarakat.
Menyajikan
Hasil Karya Ilmiah dalam Diskusi
Berikut
langkah-langkah menyajikan makalah dalam forum diskusi resmi.
1. Tampillah sebagai
pemakalah setelah mendapat izin dari moderator.
2. Kalau tidak
diperkenalkan oleh moderator, perkenalkan diri dengan rendah hati.
3. Sampaikan masalah
umum dari isi makalah yang akan dipaparkan.
4. Jelaskan
pokok-pokok isi makalah dengan bahasa yang lugas.
5. Sertakan ilustrasi
dan fakta-fakta penting yang menyertai penjelasan di atas.
6. Akhiri paparan
dengan menyampaikan simpulan.
C.
Menganalisis Sistematika dan Kebahasaan Karya Ilmiah
Menganalisis
Sistematika Karya Ilmiah
Isi karya ilmiah
memang dapat berkaitan dengan banyak hal, sepanjang hal-hal tersebut bukan
sesuatu yang imajinatif. Masalah-masalah dalam karya ilmiah mencakup berbagai
hal yang bersifat empiris (pengalaman
nyata), mulai dari masalah keagamaan, bahasa, budaya, sosial, ekonomi, politik,
alam sekitar, dan sebagainya.
Pada dasarnya,
makalah terdiri atas dua bagian utama, yaitu bagian tubuh dan pelengkap. Bagian
tubuh terdiri atas pendahuluan, isi/pembahasan, dan penutup. Bagian pelengkap
terdiri atas judul, kata pengantar, daftar isi, dan daftar pustaka.
Menganalisis
Kebahasaan Karya Ilmiah yang Dibaca
Telah kita pelajari
pada materi terdahulu bahwa salah satu ciri karya ilmiah adalah bersifat
objektif. Objektivitas suatu karya ilmiah, antara lain, ditandai oleh pilihan
kata yang bersifat impersonal.
D.
Mengonstruksi Sebuah Karya Ilmiah dengan Memperhatikan Isi, Sistematika, dan
Kebahasaan Karya Ilmiah
Mengungkapkan
Informasi Berdasarkan Isi Karya Ilmiah
Karya ilmiah yang
menjadi bahan untuk diskusi, lazim disebut dengan makalah. Makalah sering pula
disebut kertas kerja, yakni suatu karya ilmiah yang membahas suatu persoalan
dengan pemecahan yang didasarkan hasil kajian literatur atau kajian lapangan.
Menulis
Karya Ilmiah dengan Memperhatikan Sistematika dan Kebahasaan
Untuk menulis karya
ilmiah yang baik, langkah-langkah yang harus kita tempuh
adalah sebagai berikut.
1. Menentukan topik
2. Membuat kerangka tulisan
3. Mengumpulkan bahan
4. Pengembangan kerangka menjadi teks yang utuh dan lengkap
=============================
Bab 7 Menilai Karya Melalui
Resensi
Pernahkah kamu membuat resensi? Apakah resensi itu?
Resensi merupakan pertimbangan baik-buruknya suatu karya. Orang yang menyusun
resensi disebut peresensi. Dalam meresensi sebuah buku, haruslah objektif,
sesuai dengan kualitas isi buku.
A. Membandingkan Isi
Berbagai Resensi untuk Menemukan Sistematika Sebuah Resensi
Memahami Isi dan
Sistematika Resensi
Hal-hal yang dapat ditanggapi dalam resensi ialah
kualitas isi, penampilan, unsur-unsur, bahasa, dan manfaat bagi pembaca.
Unsur-unsur atau sistematika yang terdapat dalam resensi di antaranya sebagai
berikut.
1. Judul resensi
2. Identitas buku yang diresensi
3. Pendahuluan (memperkenalkan pengarang, tujuan
pengarang buku, dan lain-lain)
4. Inti/isi resensi
5. Keunggulan buku
6. Kekurangan buku
7. Penutup
Membandingkan Isi Teks
Resensi
Bagaimanakah penilaianmu terhadap isi sebuah buku?
Dapatkah kamu mengungkapkan penilaian tentang sebuah buku ke dalam bentuk
resensi? Pada pembahasan ini, kamu akan membandingkan isi dari teks resensi.
Hal yang dibandingkan ialah dari penyajian isinya.
B. Menyusun Sebuah
Resensi dengan Memperhatikan Hasil Perbandingan Beberapa Teks Resensi
Mengidentifikasi
Identitas Buku yang Diresensi
Di dalamnya tersaji informasi tentang tanggapan atau
komentar mendalam tentang kelebihan dan kelemahan suatu karya. objeknya dapat
berupa buku ilmu pengetahuan, film, pementasan drama, album lagu, lukisan,
teks.
Di dalam teks yang berupa resensi mencakup informasi
identitas karya, ringkasan, serta ulasan kelebihan dan kelemahan isi karya itu.
Di samping itu, dapat pula disajikan rekomendasi penulis resensi itu untuk
pembacanya.
Mengungkapkan Isi
Informasi Buku yang Diresensi
Berdasarkan objek karyanya, resensi terdiri atas
bermacam-macam jenis. Seperti yang terdapat di dalam contoh di atas, ada
resensi untuk novel; ada pula yang berupa kumpulan cerpen. Berdasarkan objek tanggapannya,
ada pula yang berupa film, drama, lagu, buku ilmu pengetahuan, lukisan, dan
karya-karya lainnya.
Dengan perbedaan-perbedaan objek karya itu, informasi
yang kita dapat pun akan bermacam-macam pula. Misalnya, dari resensi novel atau
kumpulan cerpen, informasi yang kita dapatkan adalah tentang alur, penokohan,
latar, dan hal-hal lainnya yang terdapat di dalam buku-buku cerita itu.
Berbeda halnya apabila resensi itu tentang buku
populer, informasi yang kita dapatkan berupa sejumlah ilmu pengetahuan yang
dapat memperluas wawasan kita tentang topik yang dibahas oleh buku itu.
C. Menganalisis
Kebahasaan Resensi dalam Dua Karya yang Berbeda
Menganalisis
Kebahasaan dalam Teks Resensi
1. Banyak menggunakan konjungsi penerang, seperti
bahwa, yakni, yaitu.
2. Banyak menggunakan konjungsi temporal:
sejak, semenjak, kemudian, akhirnya.
3. Banyak menggunakan konjungsi penyebab: karena,
sebab.
4. Menggunakan pernyataan-pernyataan yang berupa saran
atau rekomendasi pada bagian akhir teks. Hal ini ditandai oleh kata jangan,
harus, hendaknya,
Pemerintah telah menetapkan beberapa peraturan
berkaitan dengan penulisan unsur serapan itu. Secara umum peraturan-peraturan
itu adalah sebagai berikut.
1. Satu bunyi dilambangkan dengan satu huruf,
terkecuali untuk bunyi ng, ny, sy, kh yang diwakili oleh dua huruf. Contoh:
kromosom bukan khromosom, foto bukan photo, retorika bukan rhetorika,
dan tema bukan thema.
2. Penulisan kata serapan harus sesuai dengan cara
pengucapan yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Misalnya: cek bukan check, tim
bukan team, taksi bukan taxi, dan aki bukan accu.
3. Penulisan kata serapan diusahakan untuk tidak jauh
berbeda dengan kata aslinya. Contoh: aerob (Inggris: aerobe) bukan erob,
hidraulik (Inggris: hydraulic) bukan hidrolik, sistem (Inggris: system) bukan
sistim, frekuensi (Inggris: frequency) bukan frekwensi
Menyimpulkan Dua Teks
Resensi Berdasarkan Kebahasaan
Tujuan utama resensi buku ialah memberikan tanggapan
atas isi buku sebagai informasi kepada calon pembaca buku itu. Tanggapan itu
dapat memotivasi pembaca resensi atau menjadi tidak berminat membaca buku yang
diresensi itu.
Di samping itu, resensi buku merupakan umpan balik
bagi penulis buku untuk menyempurnakan isi buku tersebut pada edisi terbitan
berikutnya.
Tujuan meresensi buku hendaknya menjadi acuan bagi
penulis resensi dalam mengembangkan resensi yang disusunnya dan juga sebagai
salah satu kriteria bagi media yang akan memublikasikannya.
D. Mengonstruksi
Sebuah Resensi dari Buku Kumpulan Cerita atau Novel yang Dibaca
Mendiskusikan Hal-hal
Menarik dalam Buku Kumpulan Cerita
Evaluasi terhadap karya sastra semacam novel lazim
disebut dengan resensi, yakni ulasan terhadap kualitas suatu novel. Resensi
ditulis untuk menarik minat baca khalayak untuk membaca novel yang
diulas.
Unsur persuasif sering ditonjolkan dalam resensi.
Dengan adanya resensi, pada khalayak timbul keinginan untuk membaca novel itu
dan turut mengapresiasinya. Dengan demikian, resensi juga berfungsi sebagai
pengantar dan pemandu bagi pembaca dalam menikmati novel tersebut.
Adapun struktur penyajian resensi novel adalah sebagai
berikut.
1. Identitas novel, yang meliputi judul, nama penulis,
penerbit, tahun terbit, dan tebal novel.
2. Menyajikan ikhtisar atau hal-hal menarik dari
novel.
3. Memberikan penilaian, yang meliputi kelebihan dan
kelemahannya. Penilaian tersebut sebaiknya meliputi unsur-unsur novel itu
secara lengkap, yakni tema, alur, penokohan, latar, gaya bahasa, amanat, dan
kepengarangan.
4. Menyimpulkan resensi yang disajikan.
=======================
Bab 8: Bermain Drama
Pada
bab terakhir ini, kamu akan mempelajari dan mementaskan sebuah drama. Drama
adalah sebuah cerita atau kisah yang menggambarkan kehidupan dan watak melalui
tingkah laku acting atau dialog yang dipentaskan.
A. Mengidentifikasi
Alur Cerita, Babak Demi Babak, dan Konflik dalam Drama yang Dibaca atau Ditonton
Memahami Struktur
Drama yang Dibaca atau Ditonton
Susunan bagian-bagian drama tersebut sebenarnya
merupakan salah unsur drama pula, yakni yang biasa disebut dengan alur. Ketiga
bagian itu diapit oleh dua bagian penting lainnya, yakni prolog dan epilog.
1. Prolog adalah kata-kata pembuka, pengantar, ataupun
latar belakang cerita, yang biasanya disampaikan oleh dalang atau tokoh
tertentu.
2. Epilog adalah kata-kata penutup yang berisi
simpulan ataupun amanat tentang isi keseluruhan dialog.
Dialog dalam drama meliputi bagian orientasi,
komplikasi, dan resolusi (denouement).
1. Orientasi sesuatu cerita menentukan aksi dalam
waktu dan tempat;
2. Komplikasi atau bagian tengah cerita, mengembangkan
konflik..
3. Resolusi atau denouement hendaklah muncul secara
logis dari apa-apa yang telah mendahuluinya di dalam komplikasi.
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), drama memiliki beberapa
pengertian. Pertama, drama diartikan sebagai syair atau prosa yang
menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog
yang dipentaskan.
Kedua, cerita atau kisah yang melibatkan konflik atau
emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater. Terdapat beberapa
bentuk drama, di antaranya, adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan bentuk sastra cakapannya
a. Drama puisi, yaitu drama yang sebagian besar
cakapannya disusun dalam bentuk puisi atau menggunakan unsur-unsur puisi.
b. Drama prosa, yaitu drama yang cakapannya disusun
dalam bentuk prosa.
2. Berdasarkan sajian isinya
a. Tragedi (drama duka), yaitu drama yang menampilkan
tokoh yang sedih atau muram, yang terlibat dalam situasi gawat karena sesuatu
yang tidak menguntungkan.
b. Komedi (drama ria), yaitu drama ringan yang
bersifat menghibur, walaupun selorohan, di dalamnya dapat bersifat menyindir,
dan yang berakhir dengan bahagia.
c. Tragikomedi (drama dukaria), yaitu drama yang
sebenarnya menggunakan alur dukacita tetapi berakhir dengan kebahagiaan.
3. Berdasarkan kuantitas cakapannya
a. Pantomim, yaitu drama tanpa kata-kata
b. Minikata, yaitu drama yang menggunakan sedikit
sekali kata.
c. Dialog-monolog, yaitu drama yang menggunakan banyak
kata.
4. Berdasarkan besarnya pengaruh unsur
seni lainnya
a. Opera, yaitu drama yang menonjolkan seni suara atau
musik.
b. Sendratari, yaitu drama yang menonjolkan seni drama
dan tari.
c. Tablo, yaitu drama tanpa gerak atau dialog.
5. Bentuk-bentuk lain
a. Drama absurd, yaitu drama yang sengaja mengabaikan
atau melanggar alur, penokohan, dan tematik.
b. Drama baca, naskah drama yang hanya cocok untuk
dibaca, bukan dipentaskan.
c. Drama borjuis, drama yang bertema tentang kehidupan
kaum bangsawan (muncul abad ke-18).
d. Drama domestik, drama yang menceritakan kehidupan
rakyat biasa.
e. Drama duka, yaitu drama yang khusus menggambarkan
kejahatan atau keruntuhan tokoh utama.
f. Drama liturgis, yaitu drama yang pementasannya
digabungkan dengan upacara kebaktian gereja (di Abad Pertengahan).
g. Drama satu babak, yaitu lakon yang terdiri atas
satu babak, berpusat pada satu tema dengan sejumlah kecil pemeran gaya, latar,
serta pengaluran yang ringkas.
h. Drama rakyat, yaitu drama yang timbul dan
berkembang sesuai dengan festival rakyat yang ada (terutama di pedesaan).
Mengidentifikasi
Unsur-unsur Drama
Berikut paparan lebih lengkap tentang unsur-unsur
tersebut.
1. Latar
Latar adalah keterangan mengenai tempat, waktu, dan
suasana di dalam naskah drama.
a. Latar tempat, yaitu penggambaran tempat kejadian di
dalam naskah drama, seperti di rumah, medan perang, di meja makan.
b. Latar waktu, yaitu penggambaran waktu kejadian di dalam
naskah drama, seperti pagi hari pada tanggal 17 Agustus 1945.
c. Latar suasana/budaya, yaitu penggambaran suasana
ataupun budaya yang melatarbelakangi terjadinya adegan atau peristiwa dalam
drama.
2. Penokohan
Tokoh-tokoh dalam drama diklasifikasikan sebagai
berikut.
a. Tokoh gagal atau tokoh badut (the fail)
b. Tokoh idaman (the type character)
c. Tokoh statis (the static character)
3. Dialog
Dalam drama, percakapan atau dialog haruslah memenuhi
dua tuntutan.
a. Dialog harus turut menunjang gerak laku
tokohnya.
b. Dialog yang diucapkan di atas pentas lebih tajam
dan tertib daripada ujaran sehari-hari.
4. Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi
drama.
5. Pesan atau amanat merupakan ajaran moral didaktis
yang disampaikan drama itu kepada pembaca/penonton.
B. Mempertunjukkan
Salah Satu Tokoh dalam Drama yang Dibaca atau Ditonton secara Lisan
Menelaah Bagian-Bagian
Penting dalam Naskah Drama yang Dibaca atau Ditonton
Untuk menulis naskah drama, sekurang-kurangnya kita
dapat menggunakan tiga sumber, yakni dari karya sudah ada, semacam dongeng,
cerpen, ataupun novel. Bisa juga berdasarkan imajinasi dan pengalaman sendiri
ataupun orang lain.
Menampilkan Seorang
Tokoh dalam Drama yang Dibaca atau yang Ditonton
Pementasan drama berawal dari suatu naskah (skenario).
Dialog dan tata laku yang dipentaskan oleh para pemainnya, sesuai dengan cerita
yang disusun sebelumnya oleh penulis naskah.
C. Menganalisis Isi
dan Kebahasaan dalam Drama yang Dibaca atau Ditonton
Menganalisis Isi Drama
yang Dibaca atau Disimak
Tema drama merujuk pada sesuatu yang menjadi pokok
persoalan yang ingin diungkapkan oleh penulis naskah. Berdasarkan keluasan tema
itu dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yakni tema utama dan tema tambahan.
Menganalisis
Kebahasaan dalam Drama yang Dibaca atau Disimak
Drama merupakan karya fiksi yang dinyatakan dalam
bentuk dialog. Kalimat-kalimat yang tersaji di dalamnya hampir semuanya berupa
dialog atau tuturan langsung para tokohnya. Ada kalimat-kalimat tidak langsung,
ada pula pada bagian prolog dan epilognya.
D. Mendemonstrasikan
Sebuah Naskah Drama dengan Memperhatikan Isi dan Kebahasaan
Mementaskan drama berarti mengaktualisasikan segala
hal yang terdapat di dalam naskah drama ke dalam lakon drama di atas pentas.
Aktivitas yang menonjol dalam memerankan drama ialah dialog antartokoh,
monolog, ekspresi mimik, gerak anggota badan, dan perpindahan letak pemain
E. Menyusun Ulasan
dari Buku yang Dibaca
1. Ulasan selalu ditujukan pada isi buku bukan pada
pandangan sendiri sehingga dalam memberikan ulasan harus dibantu oleh kerangka
isi buku.
2. Berikanlah ulasan pada setiap bagian penting isi
buku secara proporsional.
3. Kemukakanlah ulasan minimal satu paragraf singkat
pada setiap bagian buku (fiksi) atau setiap bab buku nonfiksi (buku pengayaan)
yang dianggap menarik.
4. Pada bagian akhir, sampaikanlah kesan kamu setelah
membaca buku tersebut.
Daftar Pustaka:
Suherli, Maman Suryaman, Aji Septiaji, Istiqomah. 2017. Bahasa Indonesia Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK. Jakarta
: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud
==============================